Badan Gizi Nasional Perketat Prosedur Setelah Insiden Keracunan dalam Program Makan Bergizi Gratis

3 Min Read

Badan Gizi Nasional (BGN) mengungkapkan bahwa penggunaan bahan baku yang tidak layak serta proses memasak yang terlalu lama menjadi faktor utama terjadinya insiden keracunan pangan dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah daerah.

Kepala BGN, Dadan Hindayana, menyatakan pihaknya segera memperketat prosedur distribusi makanan sebagai langkah korektif dan preventif untuk menghindari kejadian serupa di masa mendatang. Salah satu penyebab utama keracunan adalah bahan baku yang tidak lagi layak konsumsi. Pascainsiden tersebut, BGN kini memilih bahan baku dengan lebih selektif dan mengutamakan kesegaran.

- Advertisement -

“Bahan baku MBG yang sebelumnya ada yang tidak layak sajikan, sekarang kami pastikan hanya bahan yang selektif dan fresh yang digunakan,” ujar Dadan saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IX di Kompleks DPR Senayan, Jakarta, Rabu (21/5/2025).

Dadan juga membeberkan beberapa insiden keracunan di Sukoharjo, Pali, hingga Bandung yang diakibatkan oleh proses memasak yang terlalu lama. Sebagai solusinya, BGN memangkas durasi memasak dan menyesuaikan waktu penyiapan serta pengiriman makanan agar lebih efisien.

“Kejadian di Sukoharjo, Pali, Bandung, dan Tasikmalaya dipicu oleh proses pengolahan yang terlalu lama. Kami minta seluruh Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) untuk mengurangi durasi memasak dan penyiapan agar makanan cepat sampai ke tangan penerima,” jelas Dadan.

- Advertisement -

Selain itu, BGN meningkatkan protokol keamanan pada tahap pengantaran dari SPPG ke sekolah, termasuk menetapkan batas waktu toleransi antara makanan diterima dan dikonsumsi di sekolah. Insiden keterlambatan konsumsi menu MBG di Batang akibat kegiatan sekolah membuat makanan menjadi basi, yang menjadi perhatian serius BGN.

BGN juga mewajibkan uji organoleptik — meliputi pemeriksaan tampilan, aroma, rasa, dan tekstur — sebelum makanan dibagikan. Jika ditemukan perubahan kualitas, makanan harus segera diganti.

“Jika rasa atau tekstur menu MBG berubah, kami instruksikan untuk menahan dan tidak membagikan makanan tersebut, serta menggantinya dengan menu baru,” tegas Dadan.

Lebih jauh, BGN mulai rutin melakukan penyegaran dan pelatihan bagi para penjamah makanan sebagai upaya peningkatan kompetensi. Langkah ini diambil menyusul sejumlah insiden di SPPG Bogor, Cianjur, Bandung, dan Tasikmalaya yang sudah menjalankan distribusi makanan selama 3–4 bulan.

Pelatihan yang digelar setiap dua bulan ini melibatkan berbagai pihak, seperti dinas kesehatan, ahli lingkungan, pakar makanan dan minuman, serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

“Kami ingin menghindari kebiasaan buruk dan meningkatkan pengetahuan sekaligus keterampilan penjamah makanan melalui pelatihan berkala,” pungkas Dadan.

Share This Article