BEI Optimistis Capai Target 407 Instrumen Baru di 2025 Meski Pasar Volatil

4 Min Read

Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan tetap optimistis dapat mencapai target pencatatan 407 instrumen efek baru pada tahun 2025, termasuk di dalamnya 66 perusahaan terbuka baru, meski dinamika pasar masih diliputi volatilitas. BEI juga membuka peluang untuk melakukan penyesuaian target seiring perkembangan kondisi pasar.

Berdasarkan data terkini, hingga pertengahan tahun ini BEI telah mencatatkan 14 emiten baru yang melangsungkan initial public offering (IPO) dengan total dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp7,01 triliun. Angka ini masih cukup jauh dari target 66 emiten yang dicanangkan untuk tahun ini. Saat ini, terdapat 20 calon emiten dalam pipeline IPO BEI.

- Advertisement -

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, menyebut bahwa meskipun realisasi pencatatan belum maksimal, BEI tetap memiliki fleksibilitas untuk melakukan revisi target. “Kami melihat pergerakan kondisi pasar cukup dinamis. Kami memiliki ruang untuk menyesuaikan target, khususnya dari sisi komposisi jumlah instrumen per kategori,” ujarnya, Rabu (25/6/2025).

Nyoman menegaskan target total 407 instrumen tahun ini masih relevan, bahkan membuka kemungkinan meningkat hingga 420 instrumen. Sasaran tersebut mencakup berbagai jenis efek seperti saham, exchange traded fund (ETF), real estate investment trust (DIRE/DINFRA), obligasi dan sukuk, efek beragun aset (EBA), EBA syariah, serta waran terstruktur.

Sepanjang 2024, BEI mencatatkan 41 saham baru, 144 emisi efek utang dan sukuk, 15 saham tambahan dari konversi HMETD, serta 81 saham tambahan dari konversi waran. Total penghimpunan dana dari seluruh instrumen tersebut menembus Rp193 triliun, dengan kontribusi dari IPO saham mencapai Rp14,4 triliun dan emisi efek utang/sukuk sebesar Rp143,6 triliun.

- Advertisement -

Proses IPO Semakin Ketat

Pelaku pasar sekaligus pendiri TanCorp, Hermanto Tanoko, menyoroti ketatnya proses perizinan IPO saat ini. Ia mengungkapkan bahwa rasio penolakan permohonan IPO bisa mencapai lebih dari 80%. “Dulu terlalu mudah, semua bisa IPO. Sekarang jauh lebih ketat. Banyak yang tidak layak dulu, bisa lolos. Sekarang benar-benar selektif,” ujarnya. Hermanto juga merupakan investor di calon emiten PT Merry Riana Education Tbk. (MERI).

Dorongan Perbaikan Regulasi dan Produk Pasar

Sejumlah pihak menilai BEI perlu mendorong perbaikan likuiditas dan variasi produk investasi agar pasar modal Indonesia semakin berkembang.

Pengamat pasar modal dan Guru Besar FEB UI, Budi Frensidy, menyarankan agar BEI membuka transparansi kode broker dan domisili untuk meningkatkan likuiditas. “Aturan seperti papan pemantauan khusus FCA, haircut, dan lainnya jangan dibuat tidak transparan,” ujar Budi.

Sementara itu, analis pasar modal Lanjar Nafi menyarankan BEI agar mengembangkan lebih banyak instrumen derivatif seperti option, futures, serta derivatif dengan underlying berupa komoditas tertentu, tak hanya indeks dan saham. “Instrumen derivatif yang lebih likuid dan beragam akan memberi keleluasaan bagi institusi untuk melakukan hedging portofolio,” katanya.

Dari sisi kebijakan, Lanjar menilai Bursa perlu memperkuat peran liquidity provider, memperluas akses short selling secara terkontrol, serta membenahi penegakan hukum agar terhindar dari manipulasi pasar, insider trading, dan investasi bodong.

Ia juga menyoroti pentingnya peningkatan infrastruktur teknologi di seluruh ekosistem pasar modal—mulai dari KSEI, KPEI, hingga broker—untuk menunjang volume transaksi yang lebih besar dan menjamin keamanan data serta kecepatan layanan.

Tak kalah penting, Lanjar menekankan perlunya pengembangan pasar obligasi dan sukuk agar investor memiliki alternatif investasi yang lebih beragam. BEI juga didorong untuk terus menarik perusahaan besar, inovatif, serta mendorong UMKM potensial agar dapat melakukan IPO sesuai dengan mekanisme yang berlaku.

Menanggapi usulan pembukaan bid-offer untuk saham di papan pemantauan khusus dengan sistem full call auction (FCA), Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Irvan Susandy, menyebut hal tersebut sedang dalam persiapan. “Itu isunya teknis. Kami menunggu peluncuran sistem baru,” ujarnya. Sistem ini diproyeksikan akan mulai diterapkan paling cepat tahun depan.

Share This Article