Bitcoin Tergelincir Imbas Penurunan Peringkat Utang AS, Analis Tetap Optimistis

3 Min Read

Harga sejumlah aset kripto mengalami kenaikan dalam 24 jam terakhir, namun Bitcoin (BTC) justru tergelincir akibat tekanan dari penurunan peringkat utang pemerintah Amerika Serikat oleh lembaga pemeringkat Moody’s. Meski begitu, analis menilai koreksi ini bersifat jangka pendek dan masih ada sinyal pemulihan dalam waktu dekat.

Berdasarkan data dari CoinMarketCap pada Selasa (20/5/2025) pukul 06.30 WIB, kapitalisasi pasar kripto global naik tipis 0,13% menjadi US$ 3,33 triliun. Bitcoin—yang masih menjadi kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar—terpantau terkoreksi 0,17% dalam 24 jam terakhir ke level US$ 105.524 per koin atau sekitar Rp 1,73 miliar (dengan kurs Rp 16.435).

- Advertisement -

Sementara itu, Ethereum (ETH) justru melonjak 2,73% ke posisi US$ 2.523 per koin. Binance Coin (BNB) juga menguat 0,32% menjadi US$ 650 per koin.

Tekanan dari Moody’s Tak Berdampak Signifikan

Dikutip dari CoinDesk, tekanan terhadap Bitcoin muncul setelah Moody’s menurunkan peringkat utang jangka panjang pemerintah AS. Keputusan ini memicu lonjakan imbal hasil (yield) obligasi, dengan tenor 30 tahun menembus 5% dan tenor 10 tahun melampaui 4,5%.

Namun, CEO Lumida Wealth Ram Ahluwalia menilai dampaknya hanya bersifat jangka pendek. “Penurunan peringkat ini sebenarnya tidak banyak berarti bagi pasar dalam jangka panjang,” ujarnya.

- Advertisement -

Ahluwalia menjelaskan bahwa aksi jual kemungkinan besar disebabkan oleh penyesuaian portofolio dari lembaga-lembaga investasi besar yang memiliki batasan terhadap kepemilikan aset berperingkat AAA.

Callie Cox, Kepala Strategi Pasar di Ritholtz Wealth Management, menambahkan bahwa langkah Moody’s ini sudah diantisipasi pasar. “Tidak ada yang terkejut, karena itu investor saham pun tidak bereaksi berlebihan,” tulisnya melalui platform X.

Prediksi BTC: Menuju US$ 138.500?

Di tengah koreksi harga saat ini, perusahaan penyedia ETF kripto 21Shares tetap optimistis terhadap prospek jangka menengah Bitcoin. Menurut Research Strategist Matt Mena, BTC berpotensi naik hingga 35% menuju level US$ 138.500 pada akhir 2025.

“Bitcoin sedang berada di ambang breakout. Ini bukan sekadar reli ritel, melainkan didukung oleh kekuatan struktural,” ungkap Mena.

Ia menjelaskan bahwa sejumlah faktor sedang mendorong kelangkaan pasokan BTC, termasuk masuknya investor institusional, meningkatnya permintaan ETF spot Bitcoin, serta tren negara-negara yang mulai menambah cadangan strategis Bitcoin.

ETF spot Bitcoin disebut menyerap lebih banyak BTC dibandingkan jumlah yang ditambang setiap harinya. Ketidakseimbangan pasokan ini, kata Mena, menjadi katalis utama dalam mengerek harga BTC mendekati rekor tertingginya yang baru.

Dengan latar belakang makroekonomi yang mulai mendukung, para analis percaya bahwa pasar kripto—terutama Bitcoin—berpotensi mencatatkan reli signifikan dalam beberapa bulan ke depan.

Share This Article