BUMI Gelar RUPSLB Awal Juni, Kuasi Reorganisasi Jadi Sorotan Investor

4 Min Read

PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), emiten batu bara milik Grup Bakrie dan Grup Salim, dijadwalkan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Senin, 2 Juni 2025. Agenda paling disorot dalam RUPSLB tersebut adalah rencana kuasi reorganisasi yang tengah disiapkan manajemen.

Dalam keterangannya kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Direktur BUMI, R.A. Sri Dharmayanti, menjelaskan bahwa kuasi reorganisasi dapat dilaksanakan apabila mendapatkan persetujuan dalam RUPSLB mendatang. Strategi yang akan ditempuh BUMI adalah mengeliminasi saldo laba negatif melalui penggunaan agio saham. Efek dari aksi korporasi ini akan tercermin dalam laporan keuangan per 30 Juni 2025.

- Advertisement -

Manajemen BUMI mengungkapkan sejumlah manfaat dari rencana tersebut. Di antaranya adalah perbaikan struktur ekuitas, potensi pembagian dividen di masa depan, kemudahan akses pendanaan, serta peningkatan transparansi nilai perusahaan di mata investor publik yang berpotensi mendongkrak likuiditas saham.

Rencana kuasi reorganisasi ini sejatinya bukan hal baru. Pada RUPSLB Juni 2024, topik ini sempat masuk agenda, namun kemudian dibatalkan. Kala itu, hanya RUPST yang tetap berlangsung sesuai jadwal.

Meski demikian, analis pasar memberi sejumlah catatan terhadap efektivitas langkah tersebut. Senior Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas, menyebut bahwa kuasi reorganisasi belum tentu langsung mengangkat kinerja BUMI, mengingat tantangan utama tetap terletak pada fluktuasi harga batu bara dan efektivitas efisiensi operasional.

- Advertisement -

“Kalaupun berhasil mencetak laba, BUMI baru berpotensi membagikan dividen. Namun dengan EPS (earnings per share) tahun 2023 yang masih di bawah Rp1, prospeknya tahun ini belum terlalu cerah,” ungkap Sukarno.

Ia juga menambahkan bahwa harga batu bara sepanjang 2024 lebih rendah dibandingkan rata-rata 2023, sehingga tekanan terhadap kinerja masih akan berlanjut. “Kami merekomendasikan netral atau hold untuk saham BUMI dengan target harga di kisaran Rp105 per saham,” ujarnya.

Kinerja Keuangan BUMI Kuartal I/2025 Tertekan

Di sisi lain, laporan keuangan terbaru menunjukkan penurunan signifikan pada laba bersih BUMI. Emiten ini membukukan laba bersih sebesar US$17,8 juta atau setara Rp297,9 miliar (kurs Jisdor Rp16.679 per dolar AS per 30 April 2025). Capaian ini anjlok 73,6% dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai US$67,6 juta.

BUMI mencatat pendapatan sebesar US$348,7 juta pada kuartal I/2025, tumbuh 12,14% dari US$311,01 juta pada kuartal I/2024. Namun, beban pokok pendapatan juga meningkat 3% menjadi US$297,5 juta. Alhasil, laba bruto naik signifikan sebesar 131,5% menjadi US$51,2 juta, dari sebelumnya US$22,1 juta.

Sayangnya, tekanan datang dari sisi volume. Penjualan batu bara turun 9% menjadi 16,7 juta ton, sedangkan produksi terkoreksi 12% menjadi 17,2 juta ton. Rata-rata harga jual (ASP) batu bara BUMI juga merosot 14% menjadi US$64,9 per ton dari US$75,8 per ton pada kuartal I/2024.

Dengan kinerja yang masih fluktuatif, pelaku pasar kini menantikan hasil RUPSLB BUMI pada awal Juni, yang dapat menjadi titik balik atau justru hanya sentimen jangka pendek semata. Apakah kuasi reorganisasi mampu membuka jalan bagi pemulihan fundamental BUMI? Jawabannya akan segera terungkap.

Disclaimer: Artikel ini bersifat informatif dan bukan merupakan rekomendasi investasi.

Share This Article