Cetak Sejarah Laba & Bagi Dividen 100%, Antam Siapkan Investasi Jumbo Rp7 Triliun!

4 Min Read

PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) atau Antam bakal mengalokasikan dana investasi jumbo senilai Rp7 triliun pada tahun 2025, setelah menetapkan pembagian dividen 100% dari laba bersih tahun buku 2024 dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST).

Dalam RUPST yang digelar di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (12/6/2025), perseroan mengumumkan sejumlah keputusan strategis, termasuk pembagian dividen penuh dan perubahan susunan direksi serta komisaris.

- Advertisement -

Direktur Utama baru Antam, Achmad Ardianto, menyebut kepercayaan investor sebagai landasan utama bagi keberlanjutan bisnis perusahaan. “Ini bukti nyata kepemimpinan kami dalam memberikan nilai tambah kepada pemegang saham dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional,” ujarnya dalam paparan publik.

Antam menetapkan pembagian dividen sebesar Rp3,6 triliun atau 100% dari laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk. Ini menjadi sinyal kuat ke pasar bahwa perusahaan memiliki fundamental solid dan prospek cerah.

Tercatat, sepanjang 2024 Antam membukukan laba bersih Rp3,64 triliun, tumbuh 18,5% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini didorong lonjakan penjualan yang mencapai Rp69,19 triliun atau naik 68,56% year-on-year (YoY), sekaligus mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah Antam.

- Advertisement -

Didi, sapaan akrab Achmad Ardianto, menjelaskan pencapaian ini tak lepas dari penerapan prinsip good mining practice, peningkatan standar keselamatan kerja, dan efisiensi operasional menyeluruh. “Kami pastikan seluruh lini operasi menjaga prinsip cost leadership yang terukur,” katanya.

RUPST juga menyepakati perubahan susunan pengurus, termasuk pemberhentian secara hormat Direktur Utama sebelumnya, Nico D. Kanter. Pengurus baru diharapkan mampu meneruskan berbagai inisiatif strategis yang sudah dijalankan.

Fokus Ekspansi dan Proyek Strategis

Antam menargetkan belanja modal Rp7 triliun (sekitar US$500 juta) untuk mengakselerasi pengembangan proyek strategis. Salah satu fokus utama adalah pembangunan pabrik pencetakan emas di Gresik, Jawa Timur, dan penyelesaian proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Antam, Arianto Sabtonugroho Rudjito, mengungkapkan bahwa Antam saat ini tidak memiliki utang bank. Perseroan tengah menjajaki pendanaan perbankan untuk mendukung realisasi investasi. “Kondisi neraca kami sangat kuat dan siap menopang ekspansi,” ujarnya.

Tak hanya itu, Antam juga resmi mendirikan perusahaan patungan baru dengan Hong Kong CBL Limited (HKCBL) bernama PT Nickel Cobalt Halmahera (HPAL JVCO). Entitas ini akan mengembangkan fasilitas High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Halmahera guna memproduksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), bahan baku penting baterai kendaraan listrik.

Dalam akta pendirian yang disahkan 10 Juni 2025, Antam menyetor Rp3 miliar sebagai modal awal atau 30% kepemilikan, sedangkan HKCBL menguasai 70%.

Laba Kuartal I Melejit 10 Kali Lipat

Kinerja Antam pada kuartal I/2025 turut mencuri perhatian. Emiten pelat merah ini mencatat laba bersih Rp2,32 triliun, melonjak lebih dari 10 kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya Rp210,59 miliar.

Saham ANTM Jadi Primadona Analis

Tim Riset Ina Sekuritas Indonesia memperkirakan pendapatan ANTM sepanjang 2025 akan tumbuh 87% YoY, sementara laba bersih diproyeksikan melesat hingga 135%. Tren positif ini diprediksi berlanjut di 2026, dengan pendapatan naik 93% dan laba bersih tumbuh 114%.

“Peningkatan volume penjualan dan harga logam mulia, khususnya emas, menjadi pendorong utama profitabilitas,” tulis Ina Sekuritas dalam laporannya. Target harga saham ANTM pun dinaikkan menjadi Rp3.450 per saham, dari posisi saat ini di sekitar Rp3.300—naik lebih dari 113% secara year to date (YtD).

Sementara itu, riset terpisah dari J.P Morgan menyebut saham logam, termasuk ANTM, masih memiliki ruang kenaikan lebih lanjut. Saham ANTM bahkan dijadikan top picks oleh analis J.P Morgan, berkat volume penjualan yang terus meningkat, premi bijih yang stabil, dan permintaan ritel emas yang solid.

Share This Article