Pemerintah China menyerukan agar perundingan program nuklir Iran tetap dilanjutkan, meskipun tensi geopolitik di kawasan memanas usai serangan militer Israel terhadap sejumlah fasilitas strategis Iran.
“China mendesak penyelesaian damai atas isu nuklir Iran melalui jalur politik dan diplomatik. Kami siap menjaga komunikasi serta koordinasi dengan semua pihak terkait,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, dalam konferensi pers di Beijing, Senin (16/6/2025).
Guo menambahkan, Beijing siap memainkan peran konstruktif dalam meredakan ketegangan dan menciptakan lingkungan kondusif bagi kelanjutan solusi damai atas masalah nuklir Iran.
Sebelumnya, pada Jumat dini hari (13/6/2025), militer Israel meluncurkan operasi besar-besaran bertajuk Rising Lion yang menargetkan tokoh penting Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), ilmuwan nuklir, hingga infrastruktur militer Iran. Iran merespons keras dengan meluncurkan Operasi True Promise III pada Jumat malam, menyasar instalasi militer di Israel. Serangan berlanjut pada Sabtu malam (14/6/2025), ketika Iran membidik fasilitas ekonomi dan industri di kota pelabuhan Haifa.
Akibat konflik tersebut, putaran keenam perundingan nuklir tak langsung antara Iran dan Amerika Serikat yang dimediasi oleh Oman terpaksa ditunda. Negosiasi itu awalnya dijadwalkan digelar di Muskat pada Minggu (15/6/2025).
China Kutuk Serangan Israel, Desak Kembali ke Jalur Diplomatik
Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, melakukan panggilan telepon terpisah dengan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi dan Menteri Luar Negeri Israel Gideon Sa’ar pada akhir pekan. Dalam pembicaraan dengan Araghchi pada Sabtu (14/6/2025), Wang mengutuk keras pelanggaran Israel atas kedaulatan dan integritas teritorial Iran.
“Tindakan Israel secara serius melanggar Piagam PBB dan norma-norma hukum internasional. Serangan terhadap fasilitas nuklir Iran menciptakan preseden berbahaya dengan risiko konsekuensi yang bisa sangat fatal,” tegas Wang.
Sementara itu, Araghchi menyebut serangan Israel menyebabkan jatuhnya korban dari kalangan militer dan warga sipil Iran. Ia juga meminta komunitas internasional menyuarakan tekanan terhadap Israel agar menghentikan agresinya.
Dalam komunikasi dengan pejabat Israel, Wang Yi menegaskan bahwa China menentang penggunaan kekuatan militer yang melanggar hukum internasional. Ia memperingatkan bahwa Iran dan Israel sama-sama memiliki posisi penting di Timur Tengah, dan konflik di antara keduanya dapat mengancam stabilitas regional secara keseluruhan.
“Langkah mendesak saat ini adalah mencegah eskalasi lebih lanjut dan kembali ke meja perundingan untuk penyelesaian damai,” ucap Wang.
Wang juga meminta agar kedua negara memastikan keamanan bagi institusi dan personel China di wilayah masing-masing. Baik Iran maupun Israel telah memberikan jaminan tersebut, menurut pernyataan resmi dari Beijing.
Korban Sipil Meningkat
Kementerian Kesehatan Iran mencatat, dalam tiga hari pasca serangan Israel, sebanyak 224 orang tewas dan 1.481 orang terluka, dengan lebih dari 90 persen korban merupakan warga sipil. Informasi ini disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian, Hossein Kermanpour.
Kondisi ini semakin memperkuat urgensi desakan global agar konflik tidak meluas dan penyelesaian diplomatik kembali diutamakan oleh seluruh pihak yang terlibat.