China Ingin Pererat Hubungan dengan Uni Eropa di Tengah Tekanan Global dan Tarif Dagang AS

2 Min Read

China menyatakan komitmennya untuk memperluas kerja sama dengan Uni Eropa dan mengatasi berbagai perbedaan yang ada, menyusul tekanan ekonomi global akibat pemberlakuan tarif resiprokal oleh Amerika Serikat.

Mengutip laporan Reuters yang bersumber dari kantor berita Xinhua, Presiden China Xi Jinping menyampaikan hal ini dalam peringatan 50 tahun hubungan diplomatik antara China dan Uni Eropa. Xi menekankan pentingnya kerja sama strategis untuk menghadapi ketidakpastian perdagangan global, tanpa secara eksplisit menyebut Amerika Serikat.

“Hubungan China-Uni Eropa yang sehat dan stabil tidak hanya mendorong pencapaian bersama, tetapi juga mencerahkan dunia,” ujar Xi dalam pernyataannya pada Selasa (6/5/2025).

Xi juga menyerukan pentingnya keadilan dan kesetaraan, serta menentang segala bentuk tekanan atau intimidasi sepihak, mengisyaratkan ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung. Ia menggambarkan hubungan antara China dan Uni Eropa sebagai salah satu hubungan paling berpengaruh di dunia saat ini.

Sebagai bagian dari upaya mempererat hubungan, Beijing menyatakan kesiapan untuk menyambut kunjungan Presiden Dewan Eropa Antonio Costa dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, dalam rangka melangsungkan pertemuan tingkat tinggi antara para pemimpin kedua belah pihak.

Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menyebutkan bahwa China dan Uni Eropa akan menggelar dialog tingkat tinggi dalam berbagai bidang, mulai dari strategi, ekonomi dan perdagangan, hingga pembangunan hijau dan digitalisasi. Rangkaian agenda tersebut dijadwalkan berlangsung sepanjang tahun ini.

Dalam langkah terbaru menuju normalisasi hubungan, China dan Parlemen Eropa telah sepakat untuk membuka kembali jalur pertukaran bilateral. Kesepakatan ini menyusul keputusan China untuk mencabut sanksi terhadap anggota Parlemen Eropa dan subkomite hak asasi manusianya. Sanksi tersebut diberlakukan pada 2021 sebagai respons atas kritik negara-negara Barat terhadap perlakuan China terhadap etnis Muslim Uighur di Xinjiang.

“Dalam situasi saat ini, kedua belah pihak percaya bahwa sangat penting bagi China dan Eropa untuk memperkuat dialog dan kerja sama,” tegas Lin. Ia juga menyatakan keyakinannya bahwa pembicaraan yang diperbarui ini akan memberikan dorongan baru bagi penguatan hubungan bilateral.

Share This Article