China Pertimbangkan Pengecualian Tarif untuk Produk Impor AS, Beijing Khawatir Dampak Ekonomi

3 Min Read

Beijing dilaporkan tengah menimbang langkah penting dalam perang dagangnya dengan Amerika Serikat. Pemerintah China disebut sedang menyusun daftar produk impor dari AS yang berpotensi dibebaskan dari tarif tambahan sebesar 125%.

Sinyal ini menunjukkan kekhawatiran yang kian meningkat dari otoritas China terhadap dampak negatif kebijakan perdagangan saat ini terhadap perekonomian domestik.

- Advertisement -

Sumber yang dekat dengan isu ini mengungkapkan, Kementerian Perdagangan China telah membentuk tim khusus yang kini aktif mengumpulkan data dari pelaku usaha mengenai barang-barang yang berpotensi mendapat pengecualian.

Menurut laporan majalah bisnis Caijing yang terbit Jumat (25/4), setidaknya delapan produk berkaitan dengan industri semikonduktor—meskipun bukan chip memori—masuk dalam daftar pertimbangan. Langkah ini disebut sebagai bagian dari upaya meredam tekanan ekonomi akibat memanasnya hubungan dagang dengan Washington.

Michael Hart, Presiden Kamar Dagang Amerika di China, menyebut pemerintah setempat telah meminta perusahaan untuk mengidentifikasi produk-produk asal AS yang tidak memiliki pengganti di pasar global dan sangat krusial bagi rantai pasok mereka.

- Advertisement -

“Pemerintah menanyakan langsung kepada perusahaan: produk apa dari AS yang tidak bisa digantikan dan dapat mengganggu operasional Anda jika dihentikan?” ujarnya.

Hart juga mengungkapkan bahwa sejumlah perusahaan anggota telah menerima barang impor dari AS dalam beberapa hari terakhir tanpa dikenakan tarif baru, memberi indikasi adanya fleksibilitas di lapangan.

Di media sosial dan kalangan bisnis, beredar sebuah daftar yang memuat 131 kategori produk yang disebut-sebut masuk dalam kriteria pengecualian. Daftar tersebut mencakup beragam produk mulai dari vaksin, bahan kimia industri, hingga mesin jet. Kendati demikian, Reuters belum bisa memastikan keaslian daftar tersebut.

Laporan dari Huatai Securities memperkirakan nilai impor barang dalam daftar tersebut mencapai sekitar 45 miliar dolar AS pada tahun lalu. Sementara itu, baik Kementerian Perdagangan maupun Otoritas Kepabeanan China belum memberikan tanggapan resmi terhadap pertanyaan media.

Di sisi lain, Amerika Serikat menyatakan kondisi perdagangan saat ini sudah tidak bisa dipertahankan, namun tetap membuka peluang pengecualian tarif untuk beberapa produk elektronik.

Meski retorika dari Beijing terkesan keras dan menantang, kondisi perekonomian domestik menunjukkan tekanan besar. Ancaman deflasi dan lemahnya belanja konsumen sejak pandemi menjadi beban tersendiri.

Pemerintah China pun mendorong eksportir untuk mengalihkan fokus ke pasar dalam negeri, meskipun banyak perusahaan mengeluhkan lemahnya permintaan dan penurunan margin keuntungan.

Langkah pengecualian tarif ini dipandang sebagai upaya strategis untuk memberi napas tambahan bagi dunia usaha, sekaligus sebagai sinyal kepada Washington bahwa kerja sama masih mungkin terjalin.

Beberapa barang, seperti etana petrokimia dan obat-obatan, tidak mudah diproduksi di luar AS atau memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dikembangkan. Perusahaan farmasi global seperti AstraZeneca dan GSK, misalnya, masih mempertahankan fasilitas produksi mereka di AS untuk memenuhi kebutuhan pasar China, berdasarkan data otoritas setempat.

Share This Article