Sejumlah emiten yang berada di bawah kendali konglomerat Prajogo Pangestu mencatatkan kinerja impresif sepanjang kuartal I/2025, khususnya mereka yang bergerak di sektor energi terbarukan dan berbasis keberlanjutan lingkungan. Di antara emiten yang mencatat pertumbuhan laba bersih signifikan adalah PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN), PT Barito Pacific Tbk. (BRPT), dan PT Petrosea Tbk. (PTRO). Sebaliknya, dua emiten lainnya yakni PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) justru menunjukkan performa yang belum menggembirakan di tiga bulan pertama tahun ini.
BREN melaporkan pendapatan sebesar US$150,4 juta pada kuartal I/2025, naik dari US$145 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pendorong utama pertumbuhan ini berasal dari performa produksi segmen panas bumi dan angin yang solid. EBITDA konsolidasian juga meningkat 5,1% menjadi US$130 juta, ditopang oleh efisiensi biaya berkelanjutan. Laba bersih BREN pun melonjak 18,7% year-on-year menjadi US$34,2 juta atau sekitar Rp571,1 miliar.
CEO BREN Hendra Soetjipto Tan menyebut, pihaknya memulai 2025 dengan kinerja kuat berkat optimalisasi produksi dari portofolio energi terbarukan. “Platform energi terbarukan kami yang terdiversifikasi dan pengelolaan biaya disiplin memungkinkan pertumbuhan margin di tengah tantangan global,” ujar Hendra, Rabu (30/4/2025). Tahun ini, BREN akan fokus mengembangkan kapasitas terpasang melalui program retrofit dan proyek baru di Wayang Windu serta Salak.
Sejalan dengan itu, BRPT mencetak lonjakan laba bersih hingga 82,43% YoY menjadi US$16,16 juta dari US$8,85 juta pada kuartal I/2024. Pendapatan BRPT turut meningkat 25,08% menjadi US$773,74 juta. Direktur Utama BRPT, Agus Pangestu, menyatakan kinerja positif ini membantu perusahaan menghadapi volatilitas global, meskipun tetap akan berhati-hati dengan menerapkan disiplin risiko dan alokasi modal.
PTRO, meski mengalami penurunan pendapatan 1,3% YoY menjadi US$154,21 juta, mencatatkan lonjakan laba bersih hingga 464,41% menjadi US$920.000. Ini menandakan keberhasilan transformasi operasional perusahaan tambang tersebut ke arah yang lebih ramah lingkungan.
Tantangan bagi CUAN dan TPIA
Berbanding terbalik, CUAN dan TPIA belum mampu mencetak hasil menggembirakan. CUAN mengalami penurunan laba bersih drastis sebesar 94,36% menjadi US$1,70 juta, meski mencatat lonjakan pendapatan 147,78% YoY menjadi US$219,93 juta. Lonjakan beban operasional menjadi penyebab utama penyusutan laba.
Komisaris Utama CUAN, Erwin Ciputra, menyebut sektor pertambangan masih dipengaruhi oleh ketegangan tarif antara AS dan China, namun tetap optimistis terhadap prospek jangka panjang sektor batu bara dan mineral Indonesia.
Sementara itu, TPIA masih mencatatkan kerugian bersih sebesar US$25,64 juta meskipun pendapatan naik 31,8% menjadi US$622,1 juta. Beban pokok pendapatan yang juga meningkat sebesar 19,4% menjadi US$616,3 juta turut menekan kinerja keuangan. EBITDA tercatat US$21,7 juta, melonjak tajam dari US$1,1 juta pada tahun sebelumnya.
Direktur TPIA, Suryandi, menyebut perbaikan EBITDA mencerminkan pemulihan margin, meskipun laba kotor masih negatif. Rugi bersih TPIA pun menurun menjadi US$23,6 juta dari US$32,6 juta pada kuartal I/2024. Total aset TPIA naik 7% menjadi US$6,06 miliar. Adapun akuisisi Shell Energy and Chemical Park bersama Glencore—yang kini dinamakan Aster Chemicals and Energy—diharapkan menjadi pendorong pertumbuhan TPIA di periode mendatang.
Analis: Emiten Energi Hijau Lebih Tahan Guncangan Global
Analis Equity Indo Premier Sekuritas, David Kurniawan, menilai kinerja positif BREN, BRPT, dan PTRO tak lepas dari dukungan pemerintah terhadap transisi energi serta kepercayaan investor terhadap emiten berbasis Environmental, Social, and Governance (ESG). “Komitmen pemerintah, transformasi bisnis, dan dukungan investor ESG menjadi penopang utama kinerja positif emiten-emiten ini,” ujarnya.
Senada, Head of Research Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto, mengatakan permintaan terhadap energi terbarukan cenderung stabil dan tidak terlalu terdampak gejolak ekonomi global. “Portofolio energi terbarukan yang terdiversifikasi membuat BREN tetap solid. Permintaan tetap kuat, terutama untuk panas bumi dan energi angin,” tegasnya.
Kondisi ini menjadikan BREN dan BRPT sebagai emiten dengan prospek jangka panjang cerah di tengah ketidakpastian global yang masih membayangi sektor lainnya.
Disclaimer: Artikel ini bersifat informatif dan bukan merupakan rekomendasi investasi.