DKHH Resmi Melantai di BEI, Siap Genjot Ekspansi Rumah Sakit di Wilayah Strategis

4 Min Read

Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali kedatangan emiten baru dari sektor kesehatan. PT Cipta Sarana Medika Tbk (DKHH) resmi tercatat sebagai emiten ke-14 tahun ini setelah menggelar penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) pada Kamis (8/5).

Perusahaan yang berdiri sejak 17 September 2014 ini dikenal sebagai penyedia layanan kesehatan melalui pengelolaan rumah sakit swasta, khususnya di wilayah-wilayah dengan akses terbatas terhadap layanan medis. DKHH mengoperasikan rumah sakit tipe C dan D di beberapa daerah strategis, termasuk Kedungwaringin, Sukatani, dan Cibadak, Jawa Barat.

Direktur Utama DKHH, Satria Muhammad Wilis, mengungkapkan bahwa pendirian perusahaan ini merupakan wujud nyata kepedulian sosial dari Karlinah Djajaatmadja, istri Wakil Presiden ke-4 RI Umar Wirahadikusumah. Semangat sosial tersebut kini diteruskan oleh generasi penerus keluarga.

Saat ini, DKHH memiliki dua anak usaha—PT As-Shofwan Tunggal Mandiri dan PT Mutiara Persada Abadi—yang mengelola rumah sakit tipe D di Kabupaten Bekasi. Perusahaan ini berada di bawah naungan PT Siliwangi Djajakusumah Hospitals, yang sebelumnya memegang 100% saham DKHH.

Setelah IPO, kepemilikan PT Siliwangi Djajakusumah Hospitals berkurang menjadi 79,22%, sementara 20,78% sisanya kini dimiliki oleh investor publik. Langkah IPO ini, menurut Satria, menjadi titik awal penguatan tata kelola dan peremajaan fasilitas, serta rencana pembangunan Center of Excellence di Cibadak sebagai pusat unggulan layanan medis.

“Sebagai perusahaan publik, kami memiliki tanggung jawab yang lebih besar dan harus memenuhi standar kepatuhan yang ketat dari regulator. Ini akan menciptakan budaya tertib yang menyeluruh, dari manajemen hingga operasional rumah sakit,” ujar Satria di Gedung BEI.

Strategi Ekspansi dengan Sistem Klaster

Direktur DKHH, Octen Suhadi, mengungkapkan strategi jangka panjang perusahaan yaitu pengembangan rumah sakit berbasis klaster. Dalam satu wilayah, DKHH berencana mengelola tiga rumah sakit untuk meningkatkan efisiensi manajemen dan keuangan.

“Klaster pertama akan dikembangkan di wilayah Bogor dan Ciawi sebagai pelengkap dari RS DKH Cibadak,” kata Octen. Pembangunan rumah sakit baru di klaster ini ditargetkan dimulai tahun ini, namun tidak akan menggunakan dana dari hasil IPO, melainkan dari sumber pengembangan lain.

Saat ini, RS DKH Cibadak memiliki kapasitas 387 tempat tidur. Dana hasil IPO akan digunakan untuk menambah sekitar 25 tempat tidur, menyusul tingkat hunian tempat tidur yang telah melampaui 90%. Selain itu, sejumlah kamar tengah direnovasi untuk menyesuaikan dengan standar KRIS sebagaimana diatur dalam Perpres No. 59 Tahun 2024.

“Target kami, renovasi selesai pada 15 Mei. Kami optimistis akan ada peningkatan jumlah pasien karena standar layanan kami sudah sesuai dengan BPJS,” ungkap Octen.

Target Kinerja 2025 Melonjak Signifikan

Pasca-IPO, DKHH menetapkan target ambisius untuk tahun 2025. Perusahaan menargetkan pendapatan sebesar Rp 165 miliar dan laba bersih Rp 8,2 miliar. Sebagai perbandingan, tahun lalu DKHH mencatatkan pendapatan Rp 126,03 miliar dengan laba bersih Rp 1,27 miliar.

Dengan demikian, perusahaan membidik kenaikan pendapatan sekitar 31% dan lonjakan laba hingga lebih dari 545% dibanding tahun sebelumnya. Target ini mencerminkan optimisme DKHH dalam memperkuat posisinya di industri layanan kesehatan tanah air.

Share This Article