Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) mencatat penguatan mingguan keempat secara beruntun pada Jumat (16/5/2025), setelah data ekonomi terbaru menunjukkan kenaikan tak terduga pada harga impor. Namun, penguatan ini dibayangi oleh melemahnya sentimen konsumen akibat meningkatnya kekhawatiran terhadap kebijakan tarif.
Mengutip data Bloomberg, indeks dolar AS—yang mengukur performa greenback terhadap sejumlah mata uang utama dunia—naik 0,74% sepanjang pekan lalu. Pada perdagangan Jumat, indeks dolar tercatat menguat 0,21% ke level 101,09.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa harga impor meningkat 0,1% pada April, berbanding terbalik dengan penurunan 0,4% di bulan sebelumnya. Kenaikan tersebut didorong lonjakan harga barang modal yang berhasil menutupi pelemahan harga energi. Padahal, konsensus analis sebelumnya memperkirakan penurunan sebesar 0,4%.
Sementara itu, survei dari University of Michigan menunjukkan bahwa Indeks Sentimen Konsumen AS turun tajam ke posisi 50,8 pada Mei 2025. Angka ini lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 53,4 dan posisi 52,2 pada April. Di sisi lain, ekspektasi inflasi selama 12 bulan ke depan melonjak ke 7,3%—tertinggi sejak November 1981—dari sebelumnya 6,5%.
Dolar AS sempat reli lebih dari 1% awal pekan ini seiring meredanya ketegangan perdagangan setelah tercapainya kesepakatan gencatan dagang selama 90 hari antara AS dan China. Namun, penguatan itu terkoreksi menjelang akhir pekan seiring munculnya data ekonomi yang cenderung melemah.
Direktur Perdagangan Monex USA, Juan Perez, menyebut dinamika pasar saat ini lebih dipengaruhi oleh perkembangan geopolitik dan kebijakan perdagangan dibandingkan data ekonomi semata. “Kebijakan perdagangan terus bergerak dinamis tanpa arah yang jelas, sementara data ekonomi belum sepenuhnya mencerminkan ketegangan yang terjadi,” ujarnya.
Meski demikian, dolar AS masih mencatat depresiasi hampir 3% sejak Presiden Donald Trump mengumumkan tarif besar-besaran pada awal April. Perez menambahkan, kekhawatiran mengenai ketidakstabilan perdagangan global masih membebani kepercayaan jangka panjang terhadap greenback.
Pasar kini mulai menyesuaikan ekspektasi mereka terhadap arah kebijakan suku bunga Bank Sentral AS. Berdasarkan data dari LSEG, peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed bulan September mencapai 67,1%, mundur dari perkiraan sebelumnya yang mengantisipasi pemangkasan pada Juli.
Pejabat The Fed menyatakan masih membutuhkan data tambahan guna mengevaluasi dampak dari kebijakan tarif terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi sebelum mengambil keputusan suku bunga.
Sementara itu, dolar AS juga menguat terhadap yen Jepang sebesar 0,16% ke level 145,89. Jepang melaporkan kontraksi ekonomi pada kuartal I-2025, pertama kalinya dalam satu tahun, dengan angka penurunan yang lebih dalam dari ekspektasi. Secara mingguan, dolar AS menguat 0,4% terhadap yen.