PT Daikin Industries Indonesia (DIID) secara resmi mengumumkan beroperasinya fasilitas produksi AC hunian berskala penuh di Indonesia. Pabrik ini akan mulai memasarkan produk buatannya secara lokal pada Juli 2025, menandai tonggak penting dalam ekspansi Daikin di Asia Tenggara.
Berlokasi di Greenland International Industrial Center (GIIC), Cikarang, pabrik ini berdiri di atas lahan seluas 20 hektare dengan nilai investasi mencapai Rp3,3 triliun. Proyek pembangunan dimulai pada Desember 2022 dan kini telah memasuki tahap operasional.
Direktur DIID dan PT Daikin Airconditioning Indonesia (DID), Budi Mulia, menjelaskan bahwa fasilitas ini memiliki kapasitas produksi hingga 1,5 juta unit AC per tahun. Fokus utama produksi adalah pada tiga model AC hunian, terutama tipe inverter yang lebih hemat energi dan ramah lingkungan.
“Langkah ini selaras dengan komitmen kami untuk mendukung masa depan berkelanjutan dan mendukung program efisiensi energi yang digaungkan pemerintah Indonesia,” ujar Budi dalam pernyataan resminya, Selasa (20/5/2025).
Dengan sistem produksi menyeluruh dari bahan baku hingga produk akhir, pabrik ini juga membuka peluang kemitraan bagi sektor UMKM dalam rantai pasok Daikin. Hal ini dinilai akan memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Presiden Direktur DIID, Khamhaeng Boonthavee, menambahkan bahwa operasional pabrik mengadopsi standar manufaktur Jepang, berkat sinergi yang erat dengan basis produksi Daikin di Jepang, Thailand, dan Malaysia. Penerapan teknologi mutakhir, termasuk Internet of Things (IoT) dan perangkat hemat energi, menjadi bagian integral dari sistem produksi pabrik ini.
“Fasilitas ini dibangun dengan visi untuk menghadirkan produk Daikin yang memenuhi standar global, sebagai bagian dari komitmen kami terhadap inovasi dan kualitas,” ungkap Khamhaeng.
Sementara itu, Chairman dan CEO Daikin Industries, Ltd., Masanori Togawa, menyebut Indonesia sebagai elemen kunci dalam strategi pertumbuhan regional perusahaan. Ia menekankan bahwa kehadiran pabrik ini akan mempercepat distribusi produk ke pasar domestik dan memperkuat posisi Daikin sebagai pemimpin industri pendingin udara di Asia dan dunia.
“Keputusan kami untuk mendirikan pabrik berskala penuh di Indonesia mencerminkan pendekatan global kami untuk memperkuat kehadiran lokal di tiap wilayah strategis,” jelas Togawa.
Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, menyambut positif kehadiran fasilitas ini, yang dinilai akan membantu mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor AC hunian. Pada 2024, nilai impor sektor ini tercatat mencapai US$420,46 juta.
Faisol menyampaikan bahwa pemerintah terus mendorong peningkatan produksi dalam negeri melalui sejumlah kebijakan, seperti program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), revisi aturan TKDN, serta penerapan SNI wajib untuk produk elektronik mulai Juli 2025.
“Dengan kolaborasi ini, kami berharap Daikin bisa meningkatkan kandungan lokal, termasuk mulai memproduksi komponen utama seperti kompresor di dalam negeri. Ini akan memperkuat kemandirian industri dan rantai pasok nasional,” ujarnya.
Lebih jauh, Faisol optimistis bahwa pabrik ini akan membuka jalan bagi Indonesia menjadi pusat produksi dan ekspor AC ke pasar ASEAN.