Grup Astra Gelontorkan Dividen Rp25,74 Triliun, Tapi Saham Kompak Melemah—Apa Sebabnya?

5 Min Read

Sejumlah emiten di bawah naungan Grup Astra resmi mengumumkan pembagian dividen untuk tahun buku 2024 dengan total nilai mencapai Rp25,74 triliun. PT Astra International Tbk. (ASII) menjadi penyumbang terbesar, dengan dividen senilai Rp16,43 triliun atau Rp406 per saham berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 8 Mei 2025.

Dari total tersebut, ASII sebelumnya telah membagikan dividen interim sebesar Rp98 per saham pada 31 Oktober 2024. Artinya, dividen final yang akan dibagikan mencapai Rp308 per saham. Dengan perolehan laba bersih sebesar Rp34,05 triliun pada 2024, rasio pembagian dividen ASII tercatat sebesar 48%, menandai pendekatan yang lebih konservatif setelah dividen yang relatif tinggi pada dua tahun sebelumnya.

Namun, nilai dividen per saham ASII lebih rendah dibandingkan tahun buku 2023 yang mencapai Rp519 per saham.

Di sisi lain, PT United Tractors Tbk. (UNTR) akan membagikan dividen senilai Rp7,8 triliun atau Rp2.151 per saham. Dari jumlah itu, Rp667 per saham telah dibagikan sebagai dividen interim, sementara sisanya sebesar Rp1.484 per saham atau Rp5,38 triliun akan didistribusikan pada bulan ini.

PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) turut membagikan dividen total sebesar Rp515,8 miliar atau Rp268 per saham. Sebanyak Rp84 per saham telah dibayarkan sebagai dividen interim, dan dividen final sebesar Rp184 per saham dijadwalkan cair bulan ini.

Selanjutnya, PT Astra Otoparts Tbk. (AUTO) akan menyalurkan dividen tunai sebesar Rp915,74 miliar atau Rp190 per saham. Rinciannya terdiri atas dividen interim Rp57 per saham yang telah dibayarkan pada Oktober 2024, dan dividen final Rp133 per saham.

Adapun PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) akan membagikan dividen total sebesar Rp93,06 miliar atau Rp69 per saham, dengan dividen interim Rp19 per saham telah dibayarkan lebih awal. Sisanya sebesar Rp50 per saham akan dibayarkan pada 27 Mei 2025.

Jadwal cum date untuk UNTR, AALI, AUTO, dan ASGR telah berlangsung pekan lalu, sementara ASII menjadwalkan cum date pada 20 Mei 2025. Pembayaran dividen akan dilakukan berturut-turut mulai 27 Mei hingga 5 Juni 2025.

Prospek Saham Grup Astra: Di Tengah Dividen, Harga Masih Tertekan

Meski tengah membagikan dividen jumbo, saham-saham Grup Astra justru menunjukkan tren penurunan sepanjang tahun berjalan (year to date).

Per penutupan perdagangan Jumat (9/5/2025), saham ASII tercatat turun 2,45% ke level Rp4.780 per saham. UNTR anjlok 20,63% ke Rp21.250 per saham, AUTO melemah 10% ke Rp2.070 per saham, AALI turun 5,65% ke Rp5.850 per saham, dan ASGR menyusut 1,73% ke Rp850 per saham.

Menurut Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, pembagian dividen Grup Astra seperti ASII memang dinanti pasar, tetapi tekanan terhadap saham-saham ini terutama disebabkan oleh penurunan kinerja pada kuartal I/2025.

ASII membukukan laba bersih Rp6,93 triliun pada kuartal I/2025, turun 7,12% secara tahunan dibandingkan Rp7,46 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Meski pendapatan bersih meningkat tipis 2,64% year on year menjadi Rp83,36 triliun, sentimen negatif tetap membayangi.

“Penjualan kendaraan menurun karena tekanan suku bunga tinggi. Ini menjadi headwind untuk saham ASII,” ujar Nafan. Meski begitu, ia tetap merekomendasikan accumulative buy untuk ASII dengan target harga jangka panjang di Rp5.575 per saham, terutama jika suku bunga acuan turun dan mendorong permintaan kredit otomotif.

Sementara itu, Equity Research Kiwoom Sekuritas, Miftahul Khaer, menyebut saham UNTR masih dihadapkan pada volatilitas harga batu bara, nikel, dan emas, serta risiko eksternal seperti suku bunga dan nilai tukar. Kiwoom menilai saham ini layak dikoleksi dengan rating overweight dan fair value di level Rp28.725 per saham.

Untuk AUTO, Tim Riset MNC Sekuritas menilai meski harga saham sedang tertekan, prospek jangka panjang tetap menarik. AUTO dinilai konsisten dalam membagikan dividen dengan dividend yield di atas 6%, serta stabilitas bisnis dan valuasi yang menarik. Rekomendasi buy diberikan dengan target harga Rp2.700 per saham.

Sementara itu, Phintraco Sekuritas mencatat bahwa kinerja AALI menghadapi tantangan dari usia tanaman yang menua, penurunan produktivitas tandan buah segar (TBS), dan berkurangnya efisiensi operasional. AALI kini harus membeli TBS dari pihak eksternal untuk menjaga utilisasi pabriknya.

Disclaimer: Artikel ini bersifat informatif dan bukan merupakan rekomendasi investasi.

Share This Article