Harga Batu Bara Bangkit ke Dekat US$ 100, Gangguan Pasokan Australia Jadi Pemicu

3 Min Read

Harga batu bara global mulai pulih pada Senin (19/5/2025) setelah sempat terpuruk, didorong gangguan pasokan akibat kendala produksi di Australia. Situasi ini memicu kekhawatiran pasar dan mendorong harga kembali mendekati level psikologis US$ 100 per ton.

Harga batu bara Newcastle untuk kontrak pengiriman Mei 2025 tercatat naik tipis sebesar US$ 0,25 menjadi US$ 99,25 per ton. Untuk kontrak Juni 2025, harga melonjak US$ 1,4 menjadi US$ 103 per ton, sementara kontrak Juli 2025 melesat US$ 1,3 menjadi US$ 105,7 per ton.

- Advertisement -

Kenaikan serupa juga terjadi pada batu bara Rotterdam. Kontrak Mei 2025 naik US$ 0,35 menjadi US$ 95,25 per ton, Juni 2025 meningkat US$ 1,15 menjadi US$ 95,45 per ton, dan kontrak Juli 2025 menguat US$ 1,1 ke level US$ 96 per ton.

Menurut data Trading Economics, rebound ini terjadi setelah harga batu bara Newcastle sempat menyentuh titik terendah dalam empat tahun terakhir, yakni US$ 93,7 per ton pada 23 April 2025. Tekanan pasokan akibat gangguan produksi di Australia menjadi katalis utama penguatan harga saat ini.

Gangguan Ekspor Australia Jadi Faktor Utama

Perusahaan tambang Australia, Whitehaven Coal, melaporkan bahwa cuaca ekstrem pada kuartal I-2025 telah menghambat aktivitas ekspor batu bara mereka, sehingga memperketat pasokan global. Ketidakpastian ini memicu reaksi pasar dan mendongkrak harga.

- Advertisement -

Namun demikian, meski mengalami pemulihan, harga batu bara masih mencatat penurunan sekitar 20% sepanjang 2025. Penurunan ini utamanya disebabkan oleh beralihnya sejumlah negara ke energi terbarukan serta turunnya permintaan batu bara untuk pemanas, terutama karena musim dingin yang lebih hangat di China.

Permintaan Melemah, Produksi Masih Tinggi

Di sisi permintaan, output listrik berbasis bahan bakar fosil di China mengalami penurunan sebesar 4,7% secara tahunan pada kuartal I-2025. Imbasnya, impor batu bara termal Negeri Tirai Bambu menyusut 13,1% menjadi hanya 91,5 juta ton hingga April 2025.

Sebaliknya, dari sisi suplai, Indonesia mencetak rekor produksi batu bara sepanjang 2024, yakni sebesar 836 juta ton atau 18% di atas target awal. Kendati begitu, peningkatan pasokan tidak serta-merta mendongkrak harga, karena permintaan global masih terbatas akibat pergeseran ke energi alternatif.

Adapun pemerintah China mengumumkan rencana untuk menaikkan produksi batu bara sebesar 1,5% menjadi 4,82 miliar ton pada 2025, setelah membukukan rekor produksi tahun lalu.

Proyeksi Harga Batu Bara ke Depan

Trading Economics mencatat, sejak awal tahun, harga batu bara telah turun sekitar US$ 26 per ton atau 20,76%. Namun, pasar diperkirakan akan stabil dalam waktu dekat. Harga batu bara diproyeksi bertahan di kisaran US$ 99,77 per ton pada akhir kuartal ini, dan berpotensi menguat ke level US$ 102,13 per ton dalam 12 bulan mendatang.

Share This Article