Harga Batu Bara Menguat Usai India Incar Aset Tambang di Indonesia dan Australia

3 Min Read

Harga batu bara global mengalami penguatan pada perdagangan Kamis, 24 April 2025. Sentimen positif datang dari langkah strategis perusahaan tambang milik negara India, NMDC Ltd., yang tengah menjajaki akuisisi aset batu bara coking di Indonesia dan Australia.

Mengacu pada data perdagangan, harga batu bara Newcastle untuk kontrak April 2025 naik tipis sebesar US$0,1 menjadi US$93,8 per ton. Kontrak Mei 2025 juga naik US$0,25 ke level US$94,75 per ton. Namun, kontrak Juni 2025 justru terkoreksi tipis sebesar US$0,1 menjadi US$98,3 per ton.

Sementara itu, harga batu bara di pasar Rotterdam justru menunjukkan pelemahan. Kontrak April 2025 turun US$0,75 ke posisi US$102,25, kontrak Mei terkoreksi US$1,25 ke US$93,3, dan kontrak Juni melemah US$1 menjadi US$94,8 per ton.

India Agresif Akuisisi Batu Bara Coking

Dikutip dari Reuters, NMDC Ltd., yang merupakan salah satu pemain utama di sektor pertambangan India, tengah serius mencari peluang akuisisi tambang batu bara coking di Indonesia dan Australia. Batu bara jenis ini digunakan sebagai bahan baku utama dalam industri pembuatan baja dan proses peleburan bijih besi.

Langkah tersebut sejalan dengan ambisi India yang kini menjadi produsen baja mentah terbesar kedua di dunia. Meski begitu, negara tersebut masih sangat bergantung pada impor batu bara coking, dengan porsi mencapai 85% dari total kebutuhan nasional. Dari angka itu, lebih dari setengahnya dipasok oleh Australia.

“Kami melihat ini sebagai peluang bisnis yang menjanjikan,” kata Chairman NMDC Amitava Mukherjee dalam pernyataannya pada Kamis (24/4/2025). Ia menyebut bahwa proses penjajakan tengah berlangsung di berbagai tahap negosiasi, namun belum dapat mengungkap detail lebih lanjut karena alasan kerahasiaan.

Industri Baja India Masih Bergantung Impor

Saat ini, NMDC merupakan penambang bijih besi terbesar di India dengan empat tambang aktif yang tersebar di berbagai wilayah. Namun, untuk kebutuhan batu bara coking, industri baja domestik India masih sangat tergantung pada pasar global.

Jayant Acharya, CEO JSW Steel, menyatakan bahwa perusahaannya masih mengimpor batu bara coking dari Australia, Amerika Serikat, dan Mozambik. Sementara itu, Steel Authority of India Limited (SAIL), produsen baja milik negara, juga mengandalkan pasokan dari Mongolia.

Menurut konsultan komoditas BigMint, batu bara coking dikenal sebagai komoditas yang sangat volatil. Hal ini dipengaruhi oleh ketergantungan pada ekspor serta faktor cuaca ekstrem di negara produsen utama seperti Australia. Pada 2023, misalnya, gangguan cuaca di Australia sempat menyebabkan lonjakan harga dan kelangkaan pasokan secara global.

Situasi tersebut mendorong India untuk mengambil langkah strategis dalam mengamankan pasokan jangka panjang melalui kepemilikan langsung atas tambang batu bara coking, termasuk yang berada di Indonesia.

Share This Article