Harga emas dunia terus menunjukkan tren penguatan dan berpotensi mencetak all time high (ATH) baru pada pekan ini, seiring meningkatnya ketegangan geopolitik global, terutama di kawasan Timur Tengah.
Pada penutupan perdagangan Jumat (13/6/2025), harga emas melonjak 1,4% ke level US$ 3.423,6 per troy ounce. Angka ini semakin mendekati rekor tertinggi sepanjang masa yang tercatat sebesar US$ 3.500 pada April lalu.
Analis komoditas keuangan Ibrahim Assuaibi menjelaskan bahwa eskalasi konflik antara Iran dan Israel menjadi pendorong utama reli harga emas. Iran disebut melancarkan serangan balasan yang cukup masif hingga mampu menembus sistem pertahanan udara Iron Dome milik Israel, menyebabkan kehancuran besar di sejumlah wilayah, termasuk Tel Aviv.
“Bahkan, sekutu-sekutu Iran seperti Houthi dari Yaman dan kelompok Hamas juga turut meluncurkan serangan ke wilayah Israel,” ungkap Ibrahim dalam keterangannya pada Minggu (15/6/2025).
Ia menambahkan, kondisi ini memicu respons dari negara-negara pendukung Israel. Inggris, misalnya, telah mengirimkan jet tempurnya, sementara Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan siap membalas jika pangkalan militer AS di kawasan ikut diserang.
Dengan memanasnya konflik, Ibrahim memproyeksikan harga emas berpeluang kuat menembus level psikologis US$ 3.500 dan berpotensi lanjut ke US$ 3.700 dalam waktu dekat. “Ketidakpastian dan eskalasi militer seperti ini akan selalu mendorong investor beralih ke aset safe haven, dan emas menjadi pilihan utama,” ujarnya.
Ketegangan di Eropa dan Perang Dagang Jadi Faktor Tambahan
Selain konflik di Timur Tengah, ketegangan antara Rusia dan Ukraina turut menambah kekhawatiran pasar. Hingga saat ini, Rusia disebut telah menghancurkan sejumlah kota penting di Ukraina, tanpa tanda-tanda adanya upaya perdamaian dari kedua pihak.
Tak hanya itu, perang dagang antara Amerika Serikat dan China kembali mencuat. Menurut Ibrahim, belum disetujuinya proposal kesepakatan dagang dari pihak AS membuat ketidakpastian ekonomi global makin membesar. “Kebuntuan dalam hubungan dagang ini memberikan dorongan signifikan bagi pergerakan harga emas,” tegasnya.
Faktor The Fed dan Dolar AS
Pasar juga tengah menantikan hasil pertemuan Federal Reserve (The Fed) bulan ini. Meskipun sebagian besar pelaku pasar memperkirakan bank sentral AS akan mempertahankan suku bunga acuannya, ketidakpastian mengenai arah kebijakan tetap memicu aksi lindung nilai.
“Yang menarik, harga emas terus naik meskipun dolar AS juga menguat. Ini menjadi bukti bahwa pasar global sedang mencari perlindungan dari risiko geopolitik dan ekonomi yang meningkat,” pungkas Ibrahim.