Harga Emas Naik Tajam, Inflasi AS yang Jinak Picu Optimisme Pemangkasan Suku Bunga

3 Min Read

Harga emas melonjak pada perdagangan Rabu (11/6/2025), ditopang oleh data inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dari ekspektasi pasar. Data ini memperkuat proyeksi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan segera menurunkan suku bunga, kemungkinan dimulai pada pertemuan kebijakan bulan September mendatang.

Emas spot tercatat menguat 0,98% ke level US$ 3.355,1 per troy ons. Kontrak berjangka emas AS juga naik 0,98% dan ditutup di angka US$ 3.376,1 per ons.

- Advertisement -

Kenaikan ini terjadi setelah data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS untuk bulan Mei menunjukkan kenaikan hanya 0,1% secara bulanan, melambat dari 0,2% pada April dan di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan 0,2%. Secara tahunan, inflasi utama tercatat sebesar 2,4%, lebih rendah dari estimasi 2,5% menurut survei Reuters.

“Data inflasi inti yang melambat telah menjadi katalis utama bagi penguatan harga logam mulia. Penurunan imbal hasil obligasi dan pelemahan dolar AS semakin memperkuat daya tarik emas,” ujar Tai Wong, analis dan pedagang logam mulia independen.

Mengacu pada alat FedWatch milik CME Group, pasar kini menilai probabilitas sebesar 68% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuannya pada September 2025.

- Advertisement -

Dari sisi geopolitik dan perdagangan global, Presiden AS Donald Trump mengumumkan tercapainya kesepakatan dagang baru dengan China. Dalam kesepakatan tersebut, China akan memasok logam tanah jarang dan magnet, sementara AS memberikan kemudahan bagi mahasiswa China untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi AS.

Fokus Investor: Data PPI dan The Fed

Pasar kini mengalihkan fokus ke rilis data Indeks Harga Produsen (PPI) AS yang dijadwalkan pada Kamis (12/6/2025), menjelang rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 17–18 Juni.

“Emas dan perak harus mampu menembus level resistance sebelumnya—masing-masing di US$ 3.403 dan US$ 36,9—untuk melanjutkan tren bullish. Jika tidak ada dorongan kuat meski data mendukung, potensi koreksi jangka pendek bisa saja terjadi,” tambah Wong.

Pergerakan Logam Mulia Lainnya

Harga platinum ikut melesat 2,9% ke US$ 1.256,70 per ons, menyentuh level tertinggi sejak 2021. Namun, Goldman Sachs memperingatkan bahwa reli ini mungkin tidak bertahan lama, mengingat permintaan China yang cenderung sensitif terhadap harga, tekanan di sektor otomotif, dan potensi lonjakan pasokan global.

Sementara itu, pergerakan harga logam mulia lainnya bervariasi. Harga perak spot turun 1,2% ke US$ 36,11 per ons, sedangkan palladium naik 1,3% ke US$ 1.074,25 per ons.

Share This Article