Harga Minyak Bangkit di Awal Pekan, OPEC+ Pertahankan Kenaikan Produksi Juli

3 Min Read

Harga minyak dunia menguat lebih dari US$1 per barel pada awal perdagangan Senin (2/6/2025), setelah Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) memutuskan untuk mempertahankan tingkat kenaikan produksi untuk Juli di level yang sama seperti dua bulan sebelumnya, sesuai ekspektasi pasar.

Mengutip Reuters, harga minyak Brent untuk kontrak berjangka naik US$1,06 atau 1,69% ke US$63,84 per barel, sementara minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) melonjak US$1,16 atau 1,91% ke US$61,95 per barel.

- Advertisement -

Strategi Agresif OPEC+ Rebut Pangsa Pasar

Dalam pertemuan Sabtu (31/5), OPEC+ kembali menambah produksi sebesar 411.000 barel per hari untuk Juli 2025. Langkah ini menegaskan upaya agresif aliansi tersebut untuk merebut kembali pangsa pasar global dan memberikan sinyal tegas terhadap negara-negara anggota yang melebihi kuota produksi seperti Irak dan Kazakhstan.

Sejak April, delapan anggota utama OPEC+ telah secara bertahap meningkatkan suplai, dengan skala yang terus membesar setiap bulan. Kini, penambahan produksi mencapai tiga kali lipat dibandingkan awal tahun, dan menjadi bagian dari target pemulihan produksi 2,2 juta barel per hari yang mulai dilepas sejak awal kuartal kedua 2025.

Risiko Tekanan Harga Tak Hentikan Kenaikan Produksi

Keputusan ini tetap diambil meskipun pasokan tambahan sebelumnya telah menekan harga minyak dunia, bahkan sempat menjatuhkan harga di bawah US$60 per barel pada April—level terendah dalam empat tahun terakhir.

- Advertisement -

Pada Jumat (31/5), harga minyak masih ditutup di bawah US$63 per barel. Menurut analis Onyx Capital Group, Harry Tchilinguirian, fokus utama OPEC+ saat ini adalah volume penjualan ketimbang harga. “Jika harga tak lagi mampu menghasilkan pendapatan optimal, maka volume penjualan besar menjadi alternatif,” ujarnya.

Dalam pernyataan resmi, OPEC+ menyebut stabilnya proyeksi ekonomi global serta rendahnya inventori minyak sebagai landasan utama keputusan ini. Meski begitu, tidak semua negara menyepakati langkah tersebut. Reuters melaporkan bahwa Aljazair sempat mengusulkan penundaan penambahan produksi, namun mayoritas anggota tetap mendukung.

Sinyal Kuat dari OPEC+: “Juli Jadi Peluru Peringatan”

Analis dari Rystad Energy, Jorge Leon, menilai kebijakan OPEC+ memberikan sinyal eskalasi yang jelas. “Mei jadi peringatan, Juni mengonfirmasi, dan Juli menembakkan peluru peringatan,” tegasnya.

Delapan negara anggota tercatat telah meningkatkan atau mengumumkan tambahan produksi sebesar 1,37 juta barel per hari, sekitar 62% dari total target pemulihan. Sementara itu, permintaan global diperkirakan tumbuh sebesar 775.000 barel per hari pada 2025 menurut jajak pendapat Reuters. IEA memperkirakan pertumbuhan serupa di angka 740.000 barel per hari.

Selain target 2,2 juta barel yang dilepas sejak April, OPEC+ juga masih mempertahankan dua lapisan pemangkasan produksi tambahan yang dijadwalkan akan tetap berlaku hingga akhir 2026.

Share This Article