Harga Minyak Diprediksi Turun, Dunia Menuju Era Konsumsi Energi yang Lebih Rendah?

3 Min Read

Konsumsi minyak mentah global diperkirakan tidak akan tumbuh secepat sebelumnya dalam dua tahun mendatang. Faktor utama di balik perlambatan ini adalah pasokan yang melimpah dan perlambatan aktivitas ekonomi global.

Dalam laporan terbarunya, Badan Energi Internasional (IEA) mengungkapkan bahwa permintaan minyak dunia diproyeksikan turun dari pertumbuhan 990 ribu barel per hari (bpod) pada kuartal pertama 2025 menjadi sekitar 650 ribu bpod untuk sisa tahun ini.

- Advertisement -

Menurut IEA, pelemahan ekonomi dan meningkatnya penjualan kendaraan listrik menjadi penyebab utama penurunan tersebut.

IEA memperkirakan rata-rata pertumbuhan permintaan akan mencapai 740 ribu bpod pada 2025 dan 760 ribu bpod pada 2026. Sementara itu, permintaan dari negara-negara OECD diperkirakan akan turun masing-masing sebesar 120 ribu dan 240 ribu bpod dalam dua tahun ke depan.

Dari sisi pasokan, produksi minyak global diprediksi meningkat hingga 1,6 juta bpod menjadi total 104,6 juta bpod pada 2025, dan bertambah lagi 970 ribu bpod pada 2026. Peningkatan terbesar datang dari negara-negara non-OPEC+, yang diperkirakan menyumbang tambahan produksi sebesar 1,3 juta bpod tahun ini dan 820 ribu bpod tahun depan.

- Advertisement -

Tak ketinggalan, kelompok OPEC+ diproyeksikan akan menambah produksi sekitar 310 ribu bpod pada 2025 dan 150 ribu bpod pada 2026.

Sementara itu, Badan Informasi Energi (EIA) Amerika Serikat turut memberikan pandangan serupa. Dalam proyeksinya, EIA memperkirakan bahwa pertumbuhan konsumsi minyak dan bahan bakar cair lainnya akan terus melambat selama dua tahun ke depan, terutama akibat moderasi pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia.

Menurut EIA, ekonomi global diperkirakan hanya tumbuh sebesar 2,8% pada 2025 dan 2026 — tingkat terendah sejak 2008, di luar periode kontraksi ekonomi global pada 2009 dan 2020.

“Ketidakpastian di sektor perdagangan, industri manufaktur, dan investasi global menambah risiko perlambatan ekonomi, yang secara langsung berdampak pada konsumsi energi, termasuk minyak mentah,” tulis lembaga tersebut.

Sejak tahun 2000, data menunjukkan bahwa konsumsi minyak cenderung stagnan ketika pertumbuhan ekonomi dunia berada di bawah 3%.

EIA juga menyebut bahwa pertumbuhan konsumsi minyak global kemungkinan tidak akan melebihi 1 juta bpod pada 2025 dan 2026, menjadikannya tiga tahun berturut-turut dengan pertumbuhan di bawah ambang tersebut. Padahal, sebelum pandemi, pertumbuhan rata-rata konsumsi minyak mencapai 1,3 juta bpod per tahun.

Seiring peningkatan pasokan, EIA memperkirakan harga minyak Brent akan mengalami tekanan, dengan proyeksi rata-rata sebesar US$ 62 per barel pada paruh kedua 2025, sebelum turun menjadi sekitar US$ 59 per barel pada 2026.

Share This Article