Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan pada perdagangan pertama setelah libur Lebaran 2025. Pada Selasa (8/4/2025), IHSG langsung terperosok ke zona merah dengan penurunan hampir 9% sejak pembukaan, memaksa Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan (trading halt) selama 30 menit hingga pukul 09:30 WIB.
Kebijakan ini diambil karena indeks turun lebih dari 8%, dipicu oleh kebijakan tarif impor baru dari Amerika Serikat (AS) yang diumumkan Presiden Donald Trump saat libur Lebaran.
Aksi Jual Massal Dipicu Kebijakan AS
Kebijakan tarif impor AS telah memicu ketidakpastian di pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia. Presiden Trump menetapkan tarif impor 10% untuk semua negara, dengan tambahan tarif resiprokal (reciprocal tariffs) yang lebih tinggi bagi negara dengan hambatan perdagangan terhadap AS. Indonesia termasuk salah satu negara yang dikenakan tarif resiprokal sebesar 32%, memicu kekhawatiran atas dampaknya terhadap ekspor dan perekonomian domestik.
John Foo, Pendiri Valverde Investment Partners Pte., menyatakan bahwa banyak investor global telah mengurangi eksposur terhadap aset berisiko sejak akhir pekan lalu, sehingga aksi jual semakin menguat saat pasar dibuka. Namun, di tengah tekanan pasar, Foo justru melihat peluang investasi menarik, terutama di Indonesia dan kawasan ASEAN, mengingat fundamental ekonomi Indonesia masih didorong oleh permintaan domestik.
Proyeksi Pergerakan IHSG dan Respons Pemerintah
Valdy Kurniawan, Head of Research Phintraco Sekuritas, memperkirakan IHSG akan mengalami koreksi lebih dalam sebagai respons terhadap ketegangan perdagangan global. Ia memprediksi indeks akan menguji level support di kisaran 6.160, dengan potensi penurunan lebih jauh ke 5.950–6.000 jika tekanan jual berlanjut. Di sisi lain, jika terjadi pemulihan, resistance terdekat berada di 6.500, dengan pivot di 6.300.
Pemerintah Indonesia telah merespons kebijakan AS dengan mengirim delegasi untuk melakukan negosiasi bilateral. Beberapa poin yang akan dibahas meliputi ratifikasi perjanjian dagang, deregulasi kebijakan non-tarif, peningkatan impor dan investasi AS di Indonesia, serta pemberian insentif untuk mendorong perdagangan kedua negara.
Selain faktor eksternal, pelemahan rupiah juga turut memengaruhi IHSG. Nilai tukar rupiah di pasar Non-Deliverable Forward (NDF) sempat melemah hingga Rp17.006 per dolar AS, memperburuk sentimen investor. Meski demikian, beberapa analis melihat koreksi ini sebagai kesempatan untuk membeli saham-saham dengan valuasi menarik, terutama di sektor yang tahan terhadap gejolak global.
Disclaimer: Artikel ini bersifat informatif dan bukan merupakan rekomendasi investasi.