IHSG Masih Diliputi Risiko Global Meski Musim Dividen Jumbo Menggoda Investor

3 Min Read

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih menghadapi tekanan dari risiko global meski memasuki musim pembagian dividen jumbo dari sejumlah emiten. Pada Mei 2025, pasar saham Indonesia sempat menunjukkan performa gemilang yang didorong oleh sejumlah faktor positif. Namun, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tetap menjaga kewaspadaan karena risiko penurunan dari kondisi global masih cukup tinggi.

Data OJK mencatat IHSG menguat 6,04% secara bulanan (month to date/mtd) hingga 28 Mei 2025, berada di level 7.175,82. Pada periode yang sama, indeks juga naik 1,35% secara tahunan (year to date/ytd). Kapitalisasi pasar saham Indonesia pun melonjak ke angka Rp12.420 triliun, meningkat 6,11% secara bulanan dan 0,69% secara tahunan.

- Advertisement -

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menyebutkan bahwa pada Mei 2025, pasar saham Indonesia kembali mencatat masuknya dana asing (net buy) setelah sejak Desember 2024 terjadi arus keluar dana asing (net sell) yang berkelanjutan. Net buy asing sepanjang Mei mencapai Rp5,53 triliun. “Di tengah ketegangan perdagangan dan geopolitik yang berkembang, kinerja pasar saham Indonesia Mei 2025 menguat dan menjadi yang tertinggi di kawasan regional,” ujar Inarno dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK, Senin (2/6/2025).

Menurut Inarno, penguatan IHSG menunjukkan kepercayaan pelaku pasar terhadap stabilitas sistem keuangan domestik, optimisme terhadap kondisi ekonomi nasional, serta kinerja emiten di tengah ketidakpastian global. Meski demikian, OJK memperingatkan bahwa risiko penurunan dari kondisi global masih tinggi dan harus terus diwaspadai.

Kewaspadaan itu terbukti saat IHSG justru mengalami koreksi tajam pada perdagangan awal Juni 2025, Senin (2/6/2025). IHSG ditutup di level 7.065,07, turun 1,54% atau 110,75 poin. Saham-saham bank besar seperti BBRI dan BBCA kompak mengalami penurunan. IHSG dibuka di level 7.134,49, mencatatkan level terendah di 7.035,84 dan tertinggi di 7.152,91 selama sesi perdagangan hari itu. Total transaksi mencapai Rp22,21 triliun dengan volume 25,91 miliar lembar saham dan frekuensi transaksi sebanyak 1,43 juta kali. Kapitalisasi pasar turun ke Rp12.252 triliun. Dari seluruh saham yang diperdagangkan, 468 saham melemah, 209 menguat, dan 283 stagnan.

- Advertisement -

Equity Research Analyst Panin Sekuritas, Felix Darmawan, menjelaskan koreksi cukup dalam tersebut dipicu oleh aksi profit taking investor setelah reli kuat IHSG sebesar 6% sepanjang Mei 2025, yang merupakan kenaikan bulanan tertinggi sejak 2009. “Pasar mulai jenuh beli sehingga investor memanfaatkan momentum untuk merealisasikan keuntungan,” ungkap Felix pada hari yang sama.

Share This Article