Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat penguatan signifikan dalam sebulan terakhir, dengan lonjakan sebesar 14,69% setelah sempat menyentuh level terendah tahun ini di 5.882. Namun, analis memperingatkan bahwa ruang penguatan IHSG ke depan kemungkinan terbatas.
Oktavianus Audi, Analis sekaligus Head of Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia, menyebut bahwa secara teknikal IHSG saat ini mendekati zona overbought, yang menandakan potensi koreksi jangka pendek.
“Dalam jangka pendek, IHSG berpeluang mengalami penurunan, apalagi menjelang libur bursa selama dua hari,” ujar Audi, Kamis (8/5/2025).
Tekanan dari Faktor Eksternal dan Outflow Asing
Selain faktor teknikal, pasar juga dipengaruhi oleh kebijakan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang kembali mempertahankan suku bunga acuan (FFR) di level 4,5%. Keputusan ini berpotensi memicu arus keluar modal asing dari pasar saham domestik.
Dalam sepekan terakhir, tercatat capital outflow asing mencapai Rp2,57 triliun di seluruh jenis perdagangan. Sementara itu, selama sebulan terakhir, net foreign sell IHSG menyentuh Rp19,49 triliun, menandakan tekanan jual dari investor global masih cukup tinggi.
Kekhawatiran lain datang dari potensi depresiasi rupiah seiring penguatan indeks dolar Amerika Serikat (DXY), yang memperburuk sentimen pasar terhadap aset berisiko di negara berkembang.
Sentimen Positif Masih Tersisa
Meski tekanan eksternal cukup besar, Audi menilai masih ada katalis positif yang dapat menahan laju koreksi IHSG. Salah satunya adalah kinerja keuangan emiten kuartal I/2025 yang masih menunjukkan ketahanan, terutama dari saham-saham blue chip.
“Kami melihat kinerja kuartal pertama cukup resilien, dan saham-saham dengan fundamental kuat masih jadi pilihan utama,” imbuh Audi.
Selain itu, pelonggaran kebijakan pembelian kembali saham (buyback) oleh sejumlah emiten dengan neraca yang solid juga dinilai bisa meredam volatilitas pasar.
Sentimen positif lainnya datang dari meredanya ketidakpastian ekonomi global, termasuk jika ketegangan tarif antara Amerika Serikat dan negara lain menunjukkan tanda-tanda pelonggaran.