IHSG Merosot ke Bawah 7.000, JP Morgan Soroti Dampak Geopolitik dan Komoditas

3 Min Read

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali tergelincir di bawah level psikologis 7.000. Pada penutupan perdagangan Kamis (19/6), IHSG melemah tajam sebesar 1,96% atau turun 139,14 poin.

Menurut Henry Wibowo, Executive Director sekaligus Head of Indonesia Research & Strategy JP Morgan Indonesia, tekanan terhadap IHSG salah satunya dipicu oleh memanasnya situasi geopolitik di kawasan Timur Tengah. Kondisi ini turut mendorong lonjakan harga minyak dunia.

- Advertisement -

Data dari Trading Economics mencatat pada Kamis pukul 17.54 WIB, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) menguat 1,30% menjadi US$ 76,11 per barel, dengan kenaikan lebih dari 22% dalam sebulan terakhir.

“Indonesia merupakan negara pengimpor minyak. Jika harga minyak terus menanjak hingga menyentuh US$ 100 per barel, maka dampaknya terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bisa cukup signifikan,” jelas Henry saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia, Kamis (19/6).

Namun, ia menambahkan bahwa lonjakan harga komoditas seperti batubara justru dapat menjadi angin segar bagi perekonomian Indonesia. Pasalnya, ekspor batubara masih menjadi andalan utama dalam neraca perdagangan nasional.

“Dalam situasi geopolitik yang panas seperti ini, pelaku pasar perlu mencermati juga pergerakan harga komoditas global,” tambahnya.

- Advertisement -

Di sisi lain, Henry menilai dampak dari ketegangan perang dagang global terhadap Indonesia relatif lebih terkendali dari perkiraan. Ia menyarankan investor untuk melihat efek lanjutan dari situasi tersebut, khususnya pengaruh terhadap Tiongkok.

“Investasi asing langsung dari China ke Indonesia masih cukup besar, bahkan menjadi yang terbesar kedua. Ditambah lagi, China merupakan mitra dagang utama bagi ekspor Indonesia,” jelasnya.

Meski pasar tengah diliputi ketidakpastian, Henry optimistis akan adanya peluang penguatan pasar modal dalam negeri, terutama dari potensi penurunan suku bunga.

“Penurunan suku bunga bisa menjadi katalis positif yang mendorong arus dana masuk ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Kami memperkirakan ada ruang untuk satu hingga dua kali pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat,” katanya.

Ke depan, JP Morgan memproyeksikan IHSG akan bergerak dalam kisaran 6.500 hingga 7.500 dalam 12 bulan mendatang, mencerminkan volatilitas pasar yang masih tinggi.

Adapun sektor yang menjadi perhatian JP Morgan adalah sektor konsumsi, disusul oleh sektor pertambangan—terutama komoditas emas—yang dinilai memiliki prospek menarik dalam jangka menengah.

Share This Article