IHSG Terkoreksi Lagi, 10 Saham Ini Paling Boncos Hari Ini!

3 Min Read

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup melemah pada akhir perdagangan Kamis (24/4/2025), mencatat penurunan sebesar 0,32% ke level 6.613,47. Pelemahan ini terjadi di tengah sentimen negatif pasar dan eskalasi ketidakpastian global. Sejumlah saham mencatatkan penurunan signifikan dan masuk dalam daftar top losers hari ini.

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG sempat dibuka di level 6.671,07 dan menyentuh titik tertinggi di 6.697,90 sebelum akhirnya tergelincir ke level terendah harian di 6.585,46.

Daftar Saham Paling Rugi Hari Ini

Peringkat pertama saham paling terpuruk hari ini ditempati oleh PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk. (BTEK) yang ambles 16,67% ke harga Rp5 per saham. Disusul oleh saham PT MDTV Media Technologies Tbk. (NETV) yang terjun bebas 14,41% ke Rp202.

Saham-saham lain yang juga parkir di zona merah antara lain:

  • PT Bersama Zatta Jaya Tbk. (ZATA): Turun 12,50% ke Rp7
  • PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk. (IKAI): Anjlok 12,50% ke Rp7
  • PT Quantum Clovera Investama Tbk. (KREN): Melemah 10% ke Rp9
  • PT Ricky Putra Globalindo Tbk. (RICY): Turun 9,76% ke Rp37
  • PT Lancartama Sejati Tbk. (TAMA): Terkoreksi 9,09% ke Rp30
  • PT Cilacap Samudera Fishing Industry Tbk. (ASHA): Turun 9,09% ke Rp10
  • PT Red Planet Indonesia Tbk. (PSKT): Melemah 8,57% ke Rp32
  • PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk. (DGNS): Turun 7,57% ke Rp171

Analisis Teknis & Proyeksi Pasar

Valdy Kurniawan, Head of Research Phintraco Sekuritas, mengungkapkan bahwa pada sesi pertama perdagangan hari ini, IHSG sempat menguat 0,38% ke level 6.659,64. Namun, penguatan tersebut gagal bertahan hingga penutupan. Secara teknikal, IHSG membentuk long upper shadow dengan histogram MACD yang bergerak sideways, serta indikator Stochastic RSI yang telah berada di area overbought.

“Kami perkirakan IHSG bergerak dalam rentang 6.625–6.675 pada sesi kedua,” jelas Valdy dalam riset harian.

Ancaman Global dan Revisi Target IHSG

Mirae Asset Sekuritas Indonesia turut merevisi target IHSG tahun 2025 menjadi 6.900, jauh lebih rendah dari proyeksi sebelumnya di level 8.000. Menurut tim riset yang dipimpin Rully Arya Wisnubroto, eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat dan China menjadi pemicu utama ketidakpastian global.

“Aksi saling balas tarif hingga 145% untuk barang dari China dan 125% untuk produk dari AS berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia ke level terendah sejak pandemi,” jelas Rully.

Bahkan, proyeksi IMF untuk pertumbuhan global kini hanya 2,8% di 2025 dan 3,0% di 2026. Sementara itu, di dalam negeri, kinerja ekonomi Indonesia juga mengalami koreksi. Proyeksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) RI dipangkas menjadi 4,75% pada 2025 dan 4,95% di 2026—turun dari perkiraan sebelumnya yang masing-masing sebesar 5,01% dan 5,15%.

Risiko Konsumsi dan Ekspor

Rully menambahkan bahwa belum optimalnya konsumsi rumah tangga dan memburuknya kondisi global, terutama perlambatan perdagangan dan investasi, menjadi risiko utama bagi sektor ekspor Indonesia. Situasi ini diprediksi akan terus membayangi laju pertumbuhan ekonomi nasional.

Disclaimer: Artikel ini bersifat informatif dan bukan merupakan rekomendasi investasi.

Share This Article