IHSG Terkoreksi, Tapi 10 Saham Ini Justru Meroket Tajam!

3 Min Read

Meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Kamis (24/4/2025), sejumlah saham justru mencatatkan lonjakan signifikan dan berhasil masuk dalam jajaran top gainers hari ini.

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG terkoreksi sebesar 0,32% ke posisi 6.613,48. Sepanjang perdagangan, indeks sempat dibuka di level 6.671,07 dan menyentuh level tertinggi hariannya di 6.697,90 sebelum tergelincir ke titik terendah di 6.585,46.

Di tengah pelemahan indeks, beberapa saham berhasil mencuri perhatian dengan kenaikan harga yang mencolok.

Inilah 10 Saham Top Gainers Hari Ini:

  1. PT Trimuda Nuansa Citra Tbk. (TNCA)
    Naik 34,65% ke Rp171
  2. PT Citra Nusantara Gemilang Tbk. (CGAS)
    Menguat 34,15% ke Rp110
  3. PT Bank KB Bukopin Tbk. (BBKP)
    Melonjak 32,69% ke Rp69
  4. PT Capitalinc Investment Tbk. (MTFN)
    Naik 25% ke Rp5
  5. PT Fortune Indonesia Tbk. (FORU)
    Menguat 24,88% ke Rp1.355
  6. PT PAM Mineral Tbk. (NICL)
    Naik 24,74% ke Rp474
  7. PT Sinar Terang Mandiri Tbk. (MINE)
    Melesat 21,46% ke Rp600
  8. PT Wahana Pronatural Tbk. (WAPO)
    Menguat 21,05% ke Rp138
  9. PT Bank Sinarmas Tbk. (BSIM)
    Meroket 17,47% ke Rp975
  10. PT Himalaya Energi Perkasa Tbk. (HADE)
    Naik 16,67% ke Rp7

Analisis Pasar: IHSG Tertekan, Tapi Saham-saham Ini Bersinar

Valdy Kurniawan, Head of Research Phintraco Sekuritas, menyebutkan bahwa IHSG sempat mencatat penguatan sebesar 0,38% ke level 6.659,64 pada sesi pertama. Namun, penguatan tersebut tidak mampu bertahan hingga akhir sesi. Secara teknikal, terbentuknya long upper shadow disertai pergerakan histogram MACD yang sideways serta Stochastic RSI yang berada di zona overbought menjadi sinyal tekanan lanjutan bagi indeks.

“Kami memperkirakan IHSG akan bergerak dalam kisaran 6.625–6.675 pada sesi kedua perdagangan,” ujar Valdy dalam risetnya.

Tekanan Eksternal Membayangi IHSG

Sementara itu, tim riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia memangkas target IHSG tahun ini menjadi 6.900, jauh lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang mencapai 8.000. Rully Arya Wisnubroto dan tim menyebut eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat dan China sebagai faktor utama meningkatnya ketidakpastian global.

“Dengan tarif balasan yang mencapai 145% dari AS terhadap produk China, dan 125% dari China untuk barang asal AS, risiko perlambatan ekonomi dunia semakin besar,” ujar Rully.

IMF bahkan memperkirakan pertumbuhan PDB global hanya sebesar 2,8% pada 2025 dan 3,0% pada 2026, menjadikannya laju paling lambat sejak pandemi.

Dampak ke Ekonomi Domestik

Di dalam negeri, kinerja ekonomi Indonesia juga tidak luput dari koreksi. Proyeksi pertumbuhan PDB 2025 dan 2026 direvisi turun menjadi masing-masing 4,75% dan 4,95%, dari semula 5,01% dan 5,15%.

Rully menyebut konsumsi rumah tangga yang belum pulih sepenuhnya serta tekanan eksternal yang kian dalam sebagai ancaman serius terhadap sektor ekspor dan prospek pertumbuhan ekonomi nasional ke depan.

Disclaimer: Artikel ini bersifat informatif dan bukan merupakan rekomendasi investasi.

Share This Article