Indeks Kepercayaan Konsumen AS Turun Drastis, Sinyal Bahaya untuk Ekonomi?

3 Min Read

Kekhawatiran masyarakat Amerika Serikat terhadap arah perekonomian nasional semakin meningkat. Hal ini tercermin dari turunnya indeks kepercayaan konsumen sebesar 5,4 poin menjadi 93 pada bulan lalu.

Penurunan ini terjadi merata di seluruh spektrum afiliasi politik, meskipun yang paling signifikan terjadi pada responden yang mendukung Partai Republik.

- Advertisement -

Sebelumnya, sentimen publik sempat membaik usai tercapainya kesepakatan antara AS dan China untuk memangkas tarif impor. Namun, rasa optimisme itu meredup kembali karena ketidakpastian terkait kebijakan ekonomi Presiden Donald Trump dan meningkatnya ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah.

Stephanie Guichard, ekonom senior dari The Conference Board, mengungkapkan bahwa isu-isu geopolitik dan gejolak sosial mengalami sedikit peningkatan dalam sorotan publik dibanding bulan-bulan sebelumnya.

Namun, isu tersebut belum menjadi faktor utama dalam membentuk pandangan konsumen. Menurutnya, tarif impor masih menjadi perhatian utama karena berpotensi memberikan dampak negatif terhadap ekonomi dan harga barang.

- Advertisement -

Kondisi ini membuat masyarakat harus bersiap menghadapi lonjakan harga serta kemungkinan terjadinya resesi. Elizabeth Renter, ekonom dari NerdWallet, mengungkapkan bahwa ketidakpastian ini bisa membuat konsumen menahan pengeluaran.

“Jika Anda tidak tahu berapa besar biaya belanja Anda beberapa bulan ke depan, akan sulit untuk merencanakan anggaran,” ujarnya.

Dalam konferensi pers pasca-rapat kebijakan moneter pekan lalu, Ketua The Federal Reserve Jerome Powell menyebutkan bahwa sejauh ini dampak dari tarif yang lebih tinggi belum tercermin dalam data inflasi secara keseluruhan. Namun, ia mengakui bahwa harga beberapa produk seperti elektronik sudah mulai merangkak naik.

Hasil survei juga menunjukkan bahwa banyak konsumen memilih untuk menunda pembelian barang-barang elektronik dan properti. Kendati demikian, permintaan terhadap barang berharga tinggi lainnya seperti mobil dan peralatan rumah tangga masih cukup stabil.

Lebih lanjut, jumlah konsumen yang memperkirakan akan terjadi resesi dalam 12 bulan ke depan sedikit meningkat. Harapan terhadap kondisi pekerjaan, pendapatan, dan iklim usaha juga terlihat menurun.

“Dalam situasi seperti ini, wajar jika konsumen bersikap hati-hati dalam melakukan pembelian besar,” jelas Heather Long, Kepala Ekonom di Navy Federal Credit Union.

“Mereka memilih menunggu dan hanya akan membeli rumah, mobil, atau peralatan besar jika benar-benar dibutuhkan. Kita sedang berada di era ekonomi yang serba hati-hati,” tambahnya.

Share This Article