Investor Kakap Borong Saham AMMN Saat Anjlok, Dividen Masih Absen!

4 Min Read

Investor institusi besar kembali menunjukkan minat terhadap saham PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) di tengah tekanan harga yang tajam. Pada perdagangan Senin (16/6/2025), harga saham AMMN ditutup anjlok 7,62% ke level Rp7.575 per lembar, sekaligus menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga turun 0,68% ke posisi 7.117,59.

Saham AMMN menjadi top laggard IHSG dengan kontribusi negatif sebesar 19,74 poin. Di posisi kedua, saham BBCA turut menyumbang penurunan 6,81 poin. Sepanjang tahun berjalan, harga saham AMMN telah turun 10,62%, meski sektor basic materials tempatnya bernaung masih tumbuh 21,53% secara year-to-date (YtD).

- Advertisement -

Di tengah tekanan tersebut, investor kakap justru melakukan akumulasi saham. Berdasarkan data Bloomberg, Manulife Financial Corp tercatat membeli 2,82 juta lembar saham AMMN, menambah total portofolionya menjadi 4,56 juta saham dengan cost basis average di level Rp9.298,59 per lembar.

Manulife, perusahaan jasa keuangan asal Kanada, konsisten menambah kepemilikannya sejak AMMN melantai di Bursa pada Juli 2023. Pembelian terbesar dilakukan pada kuartal IV/2024 sebesar 3,18 juta saham. Sementara di kuartal II/2025, mereka tercatat menambah 22.600 saham.

Selain Manulife, Nomura Holdings Inc juga ikut menambah kepemilikan sebanyak 650.999 saham AMMN, sehingga totalnya menjadi 666.363 lembar dengan cost basis average Rp10.766,84 per saham. Sepanjang kuartal II/2025, Nomura hanya melepas 359 saham. Pembelian terbanyak dari institusi Jepang ini terjadi pada kuartal II/2024 sebanyak 649.955 saham.

- Advertisement -

Namun di tengah aksi beli para investor institusi, AMMN kembali memutuskan tidak membagikan dividen untuk tahun buku 2024. Emiten tambang yang merupakan kongsi Grup Salim dan keluarga Panigoro ini memang belum pernah membagikan dividen sejak IPO.

Vice President Corporate Communication Amman Mineral, Kartika Octaviana, menegaskan bahwa fokus perseroan saat ini masih pada belanja modal (capital expenditure/capex) guna mendukung pengembangan proyek strategis.

“Sampai saat ini, penggunaan modal masih diarahkan untuk capex, sesuai dengan pengembangan proyek kami,” ujarnya saat ditemui di Jakarta.

Sebagai informasi, AMMN membukukan laba bersih sebesar US$636,89 juta pada 2024, melonjak 152,59% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar US$252,14 juta. Peningkatan ini didorong oleh penjualan bersih yang naik 30,99% menjadi US$2,66 miliar, terdiri dari penjualan tembaga US$1,19 miliar dan emas US$1,46 miliar.

Meski begitu, laporan keuangan kuartal I/2025 menunjukkan hasil kontras. AMMN mencatat rugi bersih sebesar US$138,76 juta, berbalik dari laba US$129,05 juta pada kuartal I/2024. Penurunan ini terjadi seiring dengan anjloknya pendapatan dari US$601,55 juta menjadi hanya US$2,12 juta.

Penurunan drastis tersebut terjadi karena tidak ada volume penjualan tercatat sepanjang kuartal I/2025. Produksi pertama katoda tembaga baru dimulai akhir Maret 2025, dan smelter milik perseroan masih dalam tahap stabilisasi menuju operasi optimal.

Dari sisi rekomendasi analis, saham AMMN belum banyak diliput. Berdasarkan data Bloomberg, hanya 1 analis yang memberi rekomendasi buy dan 2 analis menyarankan hold. Harga target dalam 12 bulan ke depan diperkirakan di kisaran Rp8.750 per saham, dengan proyeksi tertinggi dari Samuel Sekuritas Indonesia yang menetapkan target Rp10.000 per lembar pada 15 Mei lalu.

Share This Article