Jepang Siap Longgarkan Impor Kedelai dan Beras Demi Redakan Tekanan Tarif Trump

3 Min Read

Jepang dikabarkan tengah mempertimbangkan peningkatan impor kedelai dan beras dari Amerika Serikat sebagai bagian dari konsesi dalam negosiasi perdagangan untuk meredakan tekanan dari kebijakan tarif besar-besaran Presiden AS Donald Trump. Hal ini diungkapkan Harian Yomiuri, dikutip dari Reuters pada Minggu (20/4/2025), di tengah kekhawatiran pasar global terhadap potensi resesi akibat eskalasi perang dagang.

Langkah ini menjadi upaya Tokyo untuk menghapuskan kebijakan tarif timbal balik serta bea masuk lainnya yang dikenakan pada Jepang bersama dengan puluhan negara mitra dagang AS. Dalam putaran awal perundingan bilateral yang berlangsung pada Rabu lalu, negosiator AS disebut menyoroti sektor otomotif dan beras sebagai bidang yang menghadapi hambatan pasar dari Jepang. AS juga menuntut agar Tokyo meningkatkan impor daging, produk perikanan, serta kentang dari AS.

Laporan tahunan dari Kantor Perwakilan Dagang AS turut menyinggung hambatan-hambatan tersebut. Media Jepang pun sempat menyoroti keberadaan dokumen setebal 400 halaman di atas meja perundingan di Washington, lengkap dengan foto Gedung Putih pada sampulnya.

Secara mengejutkan, Presiden Trump membawa kepala negosiator Jepang, Menteri Revitalisasi Ekonomi Ryosei Akazawa, ke Ruang Oval Gedung Putih dan menyatakan telah terjadi “kemajuan besar” dalam perundingan. Namun, hingga kini, belum banyak detail spesifik yang diungkapkan kepada publik.

Jepang Dihantam Tarif, Fokus Alihkan Strategi Dagang

Menteri Keuangan Jepang Katsunobu Kato dijadwalkan akan melanjutkan pembicaraan dengan Menteri Keuangan AS Scott Bessent di sela-sela pertemuan global yang akan digelar pekan depan di Washington. Saat ini, Jepang dikenai tarif sebesar 24% atas ekspornya ke AS, walaupun sebagian besar tarif tersebut ditangguhkan selama 90 hari. Namun, tarif universal 10% tetap berlaku, begitu pula bea masuk sebesar 25% atas mobil—industri andalan Jepang yang sangat bergantung pada ekspor.

Menurut Yomiuri, Menteri Akazawa telah meminta pihak AS untuk menyerahkan daftar prioritas secara terstruktur sesuai tingkat kepentingan. Salah satu isu yang mencuat adalah tuduhan Trump mengenai tarif sebesar 700% atas impor beras Jepang. Angka tersebut disebut Tokyo tidak akurat karena didasarkan pada data harga internasional yang sudah tidak relevan dengan kondisi saat ini.

Menariknya, hingga saat ini belum jelas apakah beras akan tetap menjadi fokus utama pemerintahan Trump dalam negosiasi. Hal ini karena sebagian besar ekspor beras AS ke Jepang berasal dari negara bagian California yang secara politik cenderung ke Partai Demokrat—berseberangan dengan basis politik Trump dari Partai Republik.

Terlepas dari tarif Trump, Jepang sebenarnya telah menaikkan impor beras pokok sejak tahun lalu. Lonjakan ini disebabkan oleh meroketnya harga beras domestik akibat krisis pasokan dalam negeri.

Share This Article