Ketegangan Iran-Israel Memanas, Dunia Usaha RI Bersiap Hadapi Dampaknya

2 Min Read

Ketegangan yang terus meningkat di kawasan Timur Tengah, terutama antara Israel dan Iran, dinilai berpotensi menimbulkan dampak terhadap perekonomian global serta iklim usaha internasional.

Meskipun volume perdagangan Indonesia dengan kedua negara tersebut tergolong sangat kecil, para pelaku usaha dalam negeri tetap mengambil sikap waspada.

- Advertisement -

“Kalau bicara soal perdagangan Indonesia dengan Israel maupun Iran memang nilainya sangat kecil. Tapi karena situasi ini mempengaruhi kondisi ekonomi global, imbasnya tetap terasa ke kita,” ujar Shinta Kamdani, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), saat ditemui di Menara Kadin Jakarta, Minggu (15/6/2025).

Menurut Shinta, dampak paling nyata dari konflik ini adalah potensi kenaikan harga minyak dunia. Kenaikan ini akan berpengaruh langsung terhadap biaya logistik, yang pada akhirnya menekan sektor usaha secara global, termasuk di Indonesia.

“Jadi efeknya itu muncul karena ekonomi global terdampak, khususnya dari sisi harga energi dan logistik. Ini berpengaruh secara luas, dan tentunya turut memengaruhi ekonomi kita,” jelasnya.

- Advertisement -

Ia menambahkan bahwa sejauh ini situasi masih harus dipantau dengan cermat, mengingat konflik tersebut baru berkembang dan belum dapat dipastikan seberapa panjang dampaknya akan berlangsung. “Kita masih harus menunggu perkembangan selanjutnya untuk bisa menilai secara lebih pasti,” tambah Shinta.

Di sisi lain, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Anindya Bakrie, turut menyampaikan keprihatinannya terhadap eskalasi konflik yang bisa menghambat iklim usaha di Tanah Air, khususnya terkait penempatan tenaga kerja ke negara-negara Timur Tengah.

“Kami di Kadin memandang bahwa setiap tantangan harus dihadapi secara bijak, sekaligus dilihat sebagai peluang. Namun dalam konteks ini, keamanan pekerja migran harus menjadi prioritas jika hendak ditempatkan di wilayah yang terdampak konflik,” ujar Anindya.

Meski begitu, ia menekankan bahwa dunia usaha tidak terlalu cemas mengenai prospek penyaluran tenaga kerja ke luar negeri, karena masih banyak negara lain yang membutuhkan tenaga kerja asing, termasuk dari Indonesia.

“Kita melihat bahwa kebutuhan tenaga kerja Indonesia tetap tinggi di berbagai kawasan lain yang masih mengalami pertumbuhan. Jadi meskipun ada kekhawatiran di Timur Tengah, bukan berarti semua peluang tertutup,” pungkas Anindya.

TAGGED:
Share This Article