Ketidakpastian Ekonomi AS Bikin Emas Kian Mengilap

3 Min Read

Harga emas mengalami kenaikan seiring dengan melemahnya nilai tukar dolar AS serta rilis data ekonomi Amerika Serikat yang menunjukkan pelemahan, di tengah meningkatnya kekhawatiran atas ketidakpastian ekonomi dan ketegangan geopolitik.

Berdasarkan laporan Reuters, Kamis (5/6/2025), harga emas di pasar spot naik sebesar 0,8% ke level US$3.378,22 per ons, setelah sebelumnya menguat hingga 1% dalam perdagangan sebelumnya. Emas berjangka AS juga mencatat kenaikan 0,7% menjadi US$3.399,20 per ons.

- Advertisement -

Penurunan 0,5% pada indeks dolar AS membuat emas menjadi lebih terjangkau bagi pembeli dari luar negeri, sedangkan imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun juga sedikit menurun.

Menurut pedagang logam independen, Tai Wong, sektor jasa di AS—yang mencakup sekitar dua pertiga dari keseluruhan ekonomi—mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam satu tahun terakhir. Hal ini mendorong harga emas naik 1%, meski sebelumnya pasar sempat mengabaikan data ketenagakerjaan ADP yang juga menunjukkan pelemahan.

Wong menambahkan bahwa jika harga emas berhasil kembali bertahan di atas US$3.400, maka sangat mungkin akan terjadi reli lanjutan menuju rekor tertinggi baru.

- Advertisement -

Institute for Supply Management melaporkan bahwa indeks PMI nonmanufaktur turun ke angka 49,9 pada bulan lalu—level terendah sejak Juni 2024. Sementara itu, data ADP memperlihatkan bahwa sektor swasta di AS hanya menambahkan jumlah pekerja dalam jumlah terkecil dalam lebih dari dua tahun terakhir.

Di sisi lain, kekhawatiran geopolitik global turut mendorong permintaan terhadap logam mulia ini.

“Situasi yang melibatkan Rusia dan Ukraina, Iran, Suriah, serta ketegangan dengan China memicu investor untuk mencari perlindungan pada emas,” ujar Daniel Pavilonis, analis senior di RJO Futures.

Ia menambahkan bahwa meskipun lonjakan harga emas mungkin tidak diantisipasi berlangsung secepat ini, peluang untuk meraih keuntungan tetap terbuka lebar.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump baru-baru ini menyebut Presiden China Xi Jinping sebagai sosok yang tegas dan sulit diajak bernegosiasi. Pernyataan tersebut muncul tak lama setelah Trump menuduh Beijing mengingkari kesepakatan pencabutan tarif.

Selain itu, pemerintah AS menggandakan tarif terhadap impor baja dan aluminium, serta mendesak mitra dagangnya agar segera mengajukan penawaran terbaik guna menghindari tarif tambahan.

Para pelaku pasar kini menantikan laporan ketenagakerjaan AS yang akan dirilis pada Jumat (6/6/2025), sebagai acuan penting dalam menilai kemungkinan langkah kebijakan berikutnya dari Federal Reserve.

Share This Article