Kinerja Tertekan, Utang Direstruktur: Apa Strategi MEDC Selanjutnya?

4 Min Read

PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC), emiten sektor energi, diperkirakan akan menghadapi tekanan kinerja sepanjang tahun ini akibat kontribusi negatif dari entitas anaknya, PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN).

Menurut data Bursa Efek Indonesia, harga saham MEDC ditutup turun 0,79% ke level Rp1.245 pada penutupan perdagangan Rabu, 5 Juni 2025. Meski demikian, saham MEDC masih mencatatkan kenaikan sebesar 13,18% secara year-to-date.

- Advertisement -

Tim analis dari BRI Danareksa Sekuritas mengungkapkan bahwa AMMN berpotensi gagal memperoleh izin ekspor konsentrat tembaga, yang akan berdampak langsung terhadap profitabilitas MEDC.

Dalam laporan keuangan kuartal I/2025, AMMN melaporkan kerugian bersih sebesar US$138,76 juta. Penyusutan kinerja ini terjadi karena tidak adanya volume penjualan yang tercatat selama periode tersebut.

Kondisi ini disebut sebagai penyebab utama turunnya laba bersih Medco Energi sebesar 76% secara tahunan. Menurut analis BRI Danareksa, Timothy Wijaya dan Naura Reyhan, penurunan ini juga diperparah oleh menurunnya penjualan migas sebesar 10% secara kuartalan.

- Advertisement -

MEDC sendiri mencatat produksi minyak dan gas sebesar 143 mboepd, yang terdampak oleh permintaan gas yang lebih rendah secara musiman serta adanya pemeliharaan terjadwal di Lapangan Senoro. Biaya produksi kas per barel setara minyak (boe) tercatat sebesar US$8,4.

“Kinerja yang lemah ini terutama disebabkan oleh belum dapatnya AMMN mengekspor konsentrat tembaga karena masih dalam tahap commissioning fasilitas smelter tembaga katoda,” jelas keduanya dalam riset yang dirilis Rabu, 4 Juni 2025.

Menyikapi berbagai hambatan tersebut, para analis menurunkan proyeksi laba bersih MEDC untuk tahun 2025 menjadi US$190 juta.

Revisi ini turut mencakup pemangkasan estimasi produksi migas dari 150 mboepd menjadi 146 mboepd, serta penurunan kontribusi laba AMMN menjadi US$65 juta karena keterlambatan proses commissioning dan ketidakpastian ekspor di tahun berjalan.

“Kami menurunkan rekomendasi saham menjadi ‘hold’ dengan target harga baru di kisaran Rp1.320,” tulis mereka.

Penyesuaian ini mempertimbangkan menurunnya kontribusi AMMN terhadap kinerja konsolidasi MEDC serta risiko fluktuasi harga minyak global.

Langkah Strategis Refinancing Utang

Dalam perkembangan lainnya, Medco—yang merupakan bagian dari Grup Panigoro—mengumumkan aksi pembelian kembali (buyback) dua surat utang dengan total nilai US$461,52 juta. Buyback ini dilakukan melalui tender offer terhadap obligasi yang diterbitkan dua anak usahanya, Medco Oak Tree Pte. Ltd. dan Medco Bell Pte. Ltd.

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia per 4 Juni 2025, Medco Oak Tree menerima tender sah senilai US$150,59 juta dari total obligasi beredar sebesar US$242,32 juta. Surat utang ini memiliki jatuh tempo pada tahun 2026. Sementara itu, Medco Bell memperoleh tender sah sebesar US$310,93 juta dari total US$418,71 juta, untuk surat utang yang jatuh tempo pada 2027.

Tender ini dibuka sejak 5 Mei 2025 dan ditutup pada 16 Mei 2025, dengan batas penyelesaian transaksi pada 9 Juni 2025. Di samping itu, MEDC juga mengumumkan peluncuran surat utang senior baru berdenominasi dolar AS.

“Pada 8 Mei 2025, MEDC menerbitkan surat utang baru dengan nilai pokok sebesar US$400 juta, kupon 8,625%, dan jatuh tempo pada 19 Mei 2030. Proses penawaran surat utang ini telah rampung pada 19 Mei 2025,” ungkap manajemen MEDC dalam keterbukaan informasi yang sama.

TAGGED:
Share This Article