PT Wijaya Karya Tbk. (WIKA), emiten konstruksi pelat merah, membukukan kontrak baru senilai Rp2,16 triliun sepanjang kuartal I/2025. Nilai tersebut anjlok signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp5,6 triliun.
Ini menjadi tahun kedua berturut-turut WIKA mengalami penurunan kontrak baru pada tiga bulan pertama tahun berjalan. Sebagai perbandingan, pada kuartal I/2023, WIKA masih mampu meraih kontrak baru sebesar Rp6,1 triliun.
Manajemen WIKA dalam pernyataan resminya, Kamis (1/5/2025), menjelaskan bahwa tekanan terhadap sektor konstruksi yang masih berat akibat ketidakpastian ekonomi global menjadi penyebab utama turunnya perolehan kontrak tersebut.
Meski demikian, WIKA mencatatkan penjualan sebesar Rp4,84 triliun pada kuartal I/2025. Penjualan ini berasal dari proyek non-Kerja Sama Operasi (non-KSO) senilai Rp3,11 triliun dan proyek KSO sebesar Rp1,73 triliun. Kontributor terbesar berasal dari segmen infrastruktur dan gedung, diikuti oleh proyek engineering, procurement, and construction (EPC), serta industri penunjang konstruksi dan properti.
Dari sisi kinerja keuangan, laba kotor WIKA tercatat sebesar Rp393,4 miliar, terdiri dari Rp231,33 miliar dari proyek non-KSO dan sisanya dari proyek KSO.
Sebagai bagian dari strategi penyehatan keuangan, WIKA berhasil menekan total utang sebesar Rp1,47 triliun pada kuartal I/2025. Ini sejalan dengan tercapainya kesepakatan kuorum bersama pemegang Obligasi Berkelanjutan II Tahap II Tahun 2022.
Manajemen menyebut capaian ini sebagai bukti dukungan kuat dari para stakeholder terhadap program restrukturisasi yang dijalankan. Bahkan, PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) telah meningkatkan peringkat obligasi tersebut dari idD menjadi idCCC.
Selanjutnya, WIKA masih membutuhkan persetujuan dari pemegang Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Tahap II Tahun 2022 sebagai bagian dari langkah penyehatan lanjutan.
“WIKA mengapresiasi sebesar-besarnya atas kepercayaan dan dukungan stakeholders. Langkah penyehatan yang kami lakukan bukan hanya untuk memperbaiki struktur keuangan, tetapi juga memperkuat fundamental dan operasional perusahaan agar lebih unggul dan berkelanjutan,” ujar Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito.