PT Darya Varia Laboratoria Tbk. (DVLA), emiten farmasi dan kosmetika, tetap mencatatkan pertumbuhan positif pada 2024 meskipun tekanan nilai tukar rupiah terus membayangi. Manajemen mengungkap sejumlah strategi untuk menjaga kinerja keuangan di tengah fluktuasi tersebut.
Presiden Direktur DVLA, Ian Martin Wibawa Kloer, menyebut depresiasi rupiah memang memberikan sisi positif terhadap daya saing produk lokal yang diekspor. Namun, kondisi tersebut juga menjadi tantangan besar karena sekitar 90% bahan baku yang digunakan perusahaan masih berasal dari impor.
“Hal ini memicu kenaikan biaya produksi di sektor manufaktur yang sangat bergantung pada bahan baku impor,” ungkap Ian dalam public expose pada Rabu (18/6/2025).
Sebagai catatan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sepanjang 2024 tercatat rata-rata di level Rp15.850 per dolar, melemah 3,9% dibandingkan tahun sebelumnya.
Pendapatan dan Laba Tetap Tumbuh
Meskipun berada dalam tekanan nilai tukar, DVLA berhasil mencatat pendapatan Rp2,09 triliun pada 2024, tumbuh 10% secara tahunan (year-on-year). Sementara itu, laba bersih meningkat 7% menjadi Rp156,15 miliar.
Perusahaan juga mencatatkan posisi keuangan yang kuat, dengan total aset mencapai Rp2,16 triliun per akhir 2024. Dari jumlah tersebut, dua pertiganya merupakan ekuitas, yang menunjukkan kestabilan struktur permodalan.
“Kami menjaga posisi keuangan yang solid, didukung oleh arus kas yang kuat,” ujar Ian.
Strategi Hadapi Fluktuasi Rupiah
Untuk mengantisipasi dampak volatilitas nilai tukar, DVLA menerapkan berbagai inisiatif strategis, antara lain:
- Pengembangan alternatif pasokan bahan baku untuk mengurangi ketergantungan pada satu sumber,
- Negosiasi harga bahan baku yang lebih kompetitif agar biaya produksi tetap terkendali.
“Langkah ini menjadi bagian dari strategi kami dalam menjaga target pertumbuhan kinerja di kisaran 6% hingga 8% tahun ini,” lanjut Ian.
Bisnis Konsumen Jadi Andalan
Segmen consumer health DVLA menjadi pendorong utama kinerja perusahaan tahun lalu. Sepanjang 2024, lini ini mencatat pertumbuhan 20% YoY dari seluruh kategori, mulai dari personal care, vitamin, common cure, hingga suplemen herbal.
Total penjualan dari lini konsumen mencapai Rp1,15 triliun, atau 55% dari keseluruhan pendapatan perseroan.
Salah satu kontributor utamanya adalah Natur-E, yang mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar untuk kategori suplemen vitamin E. Produk ini menguasai 76% pangsa pasar secara nilai, dan 82% pangsa pasar berdasarkan volume.
“Natur-E tetap menjadi merek unggulan kami dan terus memperkuat posisi di pasar suplemen nasional,” tutup Ian.