PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) kembali menegaskan komitmennya terhadap para pemegang saham dengan membagikan dividen tunai secara konsisten, seiring dengan lonjakan signifikan kinerja keuangan sepanjang tahun 2024.
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang diselenggarakan pada 4 Juni 2025 di Jakarta, pemegang saham menyetujui laporan keuangan tahunan yang mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 182,24% menjadi Rp13,35 miliar, dibandingkan Rp4,73 miliar pada tahun sebelumnya.
Sebagai wujud apresiasi kepada investor, SBMA menetapkan pembagian dividen tunai sebesar Rp3,71 miliar atau setara Rp4 per saham. Jumlah ini mencerminkan rasio pembagian dividen sebesar 27,8% dari total laba bersih 2024. Pemegang saham yang tercatat dalam daftar pada 18 Juni 2025 berhak atas dividen tersebut, yang akan dibayarkan pada 18 Juli 2025.
Perubahan Manajemen dan Penguatan Operasional
RUPST juga menyetujui perubahan struktur manajemen, dengan pemberhentian Carsen Finrely dari posisi Direktur Independen. Susunan komisaris tetap terdiri dari Effendi sebagai Komisaris Utama, Dinawati sebagai Komisaris, dan M. Slamet Brotosiswoyo sebagai Komisaris Independen. Di jajaran direksi, Rini Dwiyanti tetap menjabat sebagai Direktur Utama, didampingi Welly Sumanteri dan Julianto Setyoadji.
Direktur Operasional SBMA, Julianto Setyoadji, menuturkan bahwa perusahaan tetap berada di jalur proyeksi meski dipengaruhi dinamika hari libur keagamaan. “Kami menjaga profitabilitas dengan peningkatan produktivitas, efisiensi, serta penekanan kerugian distribusi di berbagai departemen,” ujarnya dalam pernyataan resmi, Selasa (10/6/2025).
Secara operasional, SBMA terus memperkuat produksi gas khusus (special gas) dengan pengembangan metode dan variasi carrier gas, serta menata ulang tangki penyimpanan di beberapa cabang guna meningkatkan efisiensi distribusi.
Incar Kontrak Baru dan Diversifikasi Berkelanjutan
Hingga Mei 2025, SBMA telah mengamankan kontrak baru dari berbagai sektor strategis, termasuk pertambangan (batubara dan galangan kapal), industri oleokimia, serta rumah sakit. SBMA juga tengah menjajaki peluang kerja sama dengan pemain besar seperti Petrosea dan Adaro, termasuk potensi penyewaan alat dan layanan pasokan (service supply) di sektor minyak dan gas.
Tak hanya itu, perusahaan juga mendorong diversifikasi bisnis berkelanjutan melalui kajian pemanfaatan limbah menjadi produk konstruksi seperti paving block dan bata ringan. Proyek ini kini dalam proses penilaian oleh Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) independen.
Komisaris Utama Effendi menyampaikan apresiasinya terhadap kinerja manajemen. Ia menegaskan bahwa sejak berdiri, SBMA belum pernah mencatatkan kerugian. “Tahun ini berjalan sangat positif. Hingga Mei 2025, penjualan telah mencapai Rp80 miliar atau 50% dari target tahunan Rp160 miliar. Dengan hari kerja yang lebih panjang di sisa tahun, kami optimistis target bisa tercapai,” ujarnya.
Dengan fundamental yang solid dan strategi ekspansi yang terarah, SBMA siap melanjutkan momentum pertumbuhan di sisa tahun 2025.