Laba Telkom dan XL Melemah, Indosat Naik Tipis: ARPU Jadi Penentu Arah Industri Telekomunikasi 2025

5 Min Read

Kinerja tiga emiten telekomunikasi terbesar di Indonesia menunjukkan dinamika yang kontras pada kuartal I/2025. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dan PT XL Axiata Tbk. (EXCL) membukukan penurunan laba, sementara PT Indosat Tbk. (ISAT) mencatatkan pertumbuhan tipis. Pelemahan daya beli masyarakat dan persaingan harga yang ketat menjadi faktor utama di balik tekanan tersebut.

Namun demikian, sinyal pemulihan mulai terlihat. Konsolidasi operator serta pergeseran strategi menuju penyesuaian harga dan penyederhanaan produk diharapkan mendorong kinerja membaik pada paruh kedua 2025.

- Advertisement -

Dalam riset yang dirilis 11 Juni 2025, analis BRI Danareksa Sekuritas, Kafi Ananta dan Erindra Krisnawan, mengidentifikasi dua katalis utama yang dapat mendorong pemulihan kinerja TLKM, ISAT, dan EXCL. Pertama adalah mulai normalnya strategi harga. Agresivitas diskon paket perdana perlahan menurun, memicu potensi pemulihan pendapatan dan margin laba.

Selama kuartal I/2025, average revenue per user (ARPU) tercatat turun 2,5% secara kuartalan dan 4,6% secara tahunan. Hal ini disebabkan kombinasi lemahnya daya beli dan penetrasi luas dari paket data berharga murah.

“Kami melihat operator mulai menaikkan harga paket perdana menjadi sekitar Rp35.000 untuk 3GB. Ini menjadi indikasi awal dari normalisasi harga yang bisa terlihat lebih jelas pada kuartal II/2025,” tulis BRI Danareksa dalam risetnya.

- Advertisement -

Langkah strategis lainnya adalah penyederhanaan portofolio produk. TLKM telah merampingkan merek dagangnya menjadi hanya Simpati dan by.U. ISAT juga telah memangkas jumlah Stock Keeping Unit (SKU), sejalan dengan tren industri. Sementara itu, EXCL mempercepat inisiatif digitalisasi dan mengurangi produk yang kurang efisien.

Strategi penyederhanaan ini turut mendorong perbaikan ARPU, yang menurut BRI Danareksa kemungkinan telah menyentuh titik terendah pada kuartal I/2025 dan akan berbalik naik pada kuartal II/2025.

Lebih lanjut, perubahan perilaku konsumen juga menjadi faktor pendorong lalu lintas data. Lonjakan penggunaan video streaming dan live commerce menyebabkan pertumbuhan konsumsi data, meskipun laju pertumbuhannya cenderung lebih moderat.

“Rata-rata konsumsi data Indonesia sebesar 15GB per pelanggan masih tertinggal dibandingkan rata-rata global dan regional yang mencapai 19GB. Ini memberikan ruang pertumbuhan yang signifikan,” ungkap BRI Danareksa.

ISAT diperkirakan menjadi pemimpin pertumbuhan ARPU tahun ini, dengan proyeksi kenaikan sebesar 5,2% YoY, seiring ekspansi jaringan ke wilayah pedesaan dan peningkatan kualitas layanan. Sebaliknya, ARPU TLKM diperkirakan turun 1% YoY, terbebani oleh lemahnya kinerja kuartal I dan berlanjutnya penurunan pendapatan layanan legacy.

Untuk EXCL, proyeksi pertumbuhan ARPU berada di angka 2,5%, didorong oleh strategi digital first dan optimalisasi produk.

“Tahun 2025 diperkirakan akan menjadi periode pemulihan dengan strategi harga yang lebih rasional dan fokus pada nilai, bukan volume. Kami memproyeksikan rebound pendapatan sektor mobile sebesar 3,7% YoY pada 2026,” jelas riset tersebut.

Persaingan ARPU: Telkomsel Masih Unggul

Meski terjadi tekanan, Telkomsel dari Grup Telkom tetap mempertahankan posisi sebagai operator dengan ARPU tertinggi, yakni Rp42.400 pada kuartal I/2025. Namun, angka ini turun 6,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan turun 3,6% dari kuartal sebelumnya.

IndiHome, layanan broadband milik Telkom, juga mengalami penurunan ARPU menjadi Rp223.800, turun 7,8% YoY dan 3,9% secara kuartalan.

Penurunan ARPU Telkomsel turut disertai kontraksi jumlah pelanggan, yang turun menjadi 158,81 juta atau terkoreksi 0,5% YoY dan 0,4% QoQ.

Di sisi lain, EXCL dan ISAT menunjukkan tren positif. ARPU blended XL Axiata berada di kisaran Rp40.000, turun dari Rp44.000 pada kuartal I/2024 dan Rp41.000 pada kuartal IV/2024, tetapi tetap jauh lebih tinggi dibandingkan Rp35.000 pada 2019.

Jumlah pelanggan XL tercatat 58,8 juta, naik 2% YoY dan stabil dibandingkan kuartal sebelumnya.

Sementara itu, Indosat mencatatkan pertumbuhan ARPU blended menjadi Rp39.200, naik 4,6% YoY dan 0,8% QoQ. Jumlah pelanggan ISAT turun 5,4% YoY menjadi 95,4 juta, meski mengalami kenaikan 0,7% dibanding kuartal sebelumnya.

Menariknya, pertumbuhan ARPU dan penyusutan pelanggan tersebut tidak menghalangi ISAT untuk mencatatkan kenaikan laba sebesar 1,3% YoY menjadi Rp1,31 triliun, meski pendapatan melambat ke Rp13,57 triliun.

Share This Article