LG Mundur dari Proyek Titan, Antam Pastikan Hilirisasi Nikel Tetap Jalan Terus

3 Min Read

PT Aneka Tambang Tbk (Antam) memastikan rencana besar hilirisasi nikel di Tanah Air tetap berjalan meskipun LG Energy Solution resmi menarik diri dari proyek pengembangan baterai terintegrasi senilai miliaran dolar di Indonesia.

Proyek yang dinamai Titan ini sebelumnya melibatkan Antam, anak usahanya Indonesia Battery Corporation (IBC), serta konsorsium LG, dengan total komitmen investasi mencapai US$9,8 miliar atau setara Rp142 triliun.

Rangkaian proyek tersebut mencakup investasi tambang nikel senilai US$850 juta, pembangunan smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) sebesar US$4 miliar, pabrik prekursor dan katoda sebesar US$1,8 miliar, serta pabrik sel baterai senilai US$3,2 miliar.

Meskipun LG hengkang, Corporate Secretary Antam, Faisal Alkadrie, menegaskan pihaknya tetap berkomitmen terhadap pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.

“Antam tetap melanjutkan strategi hilirisasi nikel, termasuk menjajaki kolaborasi baru dengan mitra potensial lainnya,” ungkap Faisal, Senin (21/4/2025).

Faisal juga menekankan bahwa Indonesia masih menjadi tujuan utama investasi baterai kendaraan listrik, berkat cadangan nikel yang melimpah serta dukungan regulasi dari pemerintah.

Ia mencontohkan proyek lain bersama perusahaan asal Tiongkok, Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL), yang dijalankan melalui anak usahanya Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co., Ltd. (CBL), masih berjalan sesuai rencana.

“Investor seperti CBL masih aktif mengembangkan proyek baterai di Indonesia. Hal ini menunjukkan daya tarik pasar dalam negeri tetap kuat,” imbuhnya.

Terkait kelanjutan Proyek Titan, Faisal belum bisa mengungkapkan siapa pengganti LG dalam konsorsium tersebut, namun memastikan pihaknya terus berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan untuk mencari solusi terbaik.

Sementara itu, Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID, Dilo Seno Widagdo, membenarkan kabar mundurnya LG dari proyek Titan. Ia tak merinci alasan keputusan tersebut, hanya menyebut bahwa negosiasi tidak mencapai kesepakatan karena berbagai faktor kompleks.

Menariknya, sebagai respons atas kebijakan tarif impor dari Presiden AS Donald Trump yang menetapkan bea masuk sebesar 32% terhadap produk dari Indonesia, MIND ID membuka opsi negosiasi dengan perusahaan asal Amerika Serikat untuk mengisi kekosongan investasi.

“Proyek Titan ini tidak jadi. Sekarang kami tawarkan ke pihak Amerika sebagai bagian dari advokasi kebijakan tarif tersebut,” ujar Dilo, Kamis (17/4/2025).

Dengan hengkangnya LG, dinamika investasi baterai di Indonesia diprediksi akan terus bergerak, namun Antam optimistis peluang kemitraan tetap terbuka lebar di tengah sorotan global terhadap transisi energi dan kendaraan listrik.

Share This Article