Harga minyak global bergerak nyaris stagnan pada perdagangan Selasa (27/5/2025), seiring pasar yang menanti kepastian dari pertemuan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+), serta mencermati perkembangan geopolitik dan perdagangan internasional.
Mengutip laporan Reuters per pukul 11.54 GMT, harga minyak mentah Brent turun tipis sebesar US$0,28 atau 0,4% menjadi US$64,46 per barel. Sementara itu, minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) terkoreksi US$0,33 atau 0,5% ke level US$61,20 per barel.
Analis UBS, Giovanni Staunovo, mengungkapkan bahwa pelaku pasar cenderung mengambil sikap menunggu hingga hasil final pertemuan OPEC+ diumumkan.
“Meski sempat ada dorongan dari meredanya ketegangan dagang, ruang kenaikan harga masih terbatas sebelum keputusan resmi OPEC+ dirilis,” ujarnya.
Pertemuan OPEC+ Jadi Sorotan Utama Pasar
OPEC dan negara-negara sekutunya dijadwalkan mengadakan pertemuan daring pada 28 Mei untuk menetapkan kebijakan produksi minyak bulan Juli mendatang. Informasi sementara yang beredar menyebutkan bahwa kelompok tersebut kemungkinan besar akan menyepakati peningkatan produksi sebesar 411.000 barel per hari.
Adapun delapan negara anggota yang sebelumnya menyatakan komitmen untuk memangkas produksi secara sukarela, dijadwalkan bertemu sehari lebih awal, yakni pada 31 Mei.
Kendati demikian, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak menyatakan bahwa hingga saat ini belum ada diskusi resmi terkait rencana kenaikan produksi. Sebelumnya, OPEC+ telah menyetujui percepatan kenaikan output untuk bulan Juni, sebagai bagian dari upaya menjaga keseimbangan pasar energi global.
Faktor Pendukung Lain: AS dan Iran
Dari sisi eksternal, sentimen positif datang dari keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menunda pembahasan tarif dagang dengan Uni Eropa hingga 9 Juli. Langkah ini dipandang mengurangi tekanan terhadap prospek permintaan energi di tengah pemulihan ekonomi global.
Di sisi lain, Presiden Iran Masoud Pezeshkian menegaskan bahwa negaranya siap menghadapi skenario terburuk apabila negosiasi nuklir dengan Washington mengalami kebuntuan. Hal ini menandakan bahwa pasokan minyak dari Iran akan tetap terbatas jika sanksi tetap diberlakukan, yang secara tidak langsung dapat menopang harga minyak dunia.
Menurut analis PVM Oil Associates, Tamas Varga, sinyal dari Rusia serta keputusan AS untuk menunda tarif menjadi faktor utama yang menopang harga minyak dalam jangka pendek.