Setelah menghadapi tekanan dari penurunan daya beli dan dampak boikot, PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan kinerja pada kuartal I/2025.
Unilever Indonesia membukukan laba bersih sebesar Rp1,23 triliun pada tiga bulan pertama tahun ini. Meskipun masih turun 14,57% dibanding periode yang sama tahun lalu (Rp1,44 triliun), capaian ini meningkat signifikan sebesar 244,7% secara quarter-on-quarter (QoQ).
Dari sisi pendapatan, perseroan mencatat penjualan bersih Rp9,46 triliun, terkoreksi 6,1% secara year-on-year (YoY). Namun, jika dibandingkan dengan kuartal IV/2024, penjualan tersebut meningkat 21,6%. Segmen Home and Personal Care (HPC) menjadi kontributor utama dengan Rp5,86 triliun atau 61,9% dari total penjualan, sementara segmen Foods and Refreshment menyumbang Rp3,61 triliun atau 38,1%.
Secara geografis, penjualan domestik mendominasi dengan Rp9,14 triliun, sementara ekspor hanya menyumbang Rp322,7 miliar.
Menurut Edi Chandren, Investment Analyst Lead di Stockbit, meski laba bersih UNVR menurun secara tahunan, hasil tersebut melampaui ekspektasi konsensus dan mencerminkan 32% dari estimasi laba bersih tahunan 2025. Ia menilai efisiensi biaya menjadi kunci pemulihan margin, terutama berkat pengurangan beban gaji dan absennya biaya satu kali akibat restrukturisasi.
“Kinerja terburuk UNVR tampaknya sudah lewat,” tulis Edi dalam risetnya, Kamis (24/4/2025).
Sebagai catatan, sepanjang 2024, tren laba UNVR sempat anjlok signifikan setiap kuartalnya. Namun pada awal 2025 ini, perusahaan menunjukkan sinyal balik arah.
Meski demikian, tantangan masih membayangi, terutama dari sisi penjualan domestik yang turun 8% YoY. Segmen HPC turun 9% YoY, sedangkan Foods and Refreshment hanya turun tipis 1% YoY. Namun, margin laba kotor HPC justru meningkat menjadi 50,2%, mengindikasikan efisiensi berjalan efektif.
Presiden Direktur Unilever Indonesia, Benjie Yap, menyatakan bahwa perbaikan ini mencerminkan efektivitas strategi “reset” yang telah dijalankan perseroan. Fokus UNVR ke depan adalah memperkuat merek inti, memperluas distribusi, serta menjaga efisiensi biaya dan kedisiplinan pasar.
“Kami yakin strategi ini akan membentuk fondasi kuat bagi pertumbuhan yang kompetitif dan berkelanjutan, dengan dampak positif mulai terlihat di paruh kedua tahun ini,” ujar Benjie.
Saham UNVR Bangkit, Dividen Tetap Jadi Andalan
Pasar merespons positif laporan keuangan ini. Saham UNVR melonjak 17,06% ke level Rp1.750 pada penutupan Jumat (25/4/2025), bahkan naik 32,58% dalam sepekan. Namun, secara year to date (YtD), saham ini masih terkoreksi 4,63% dan turun 76,67% dalam lima tahun terakhir.
Benjie menegaskan, satu-satunya cara untuk mengerek harga saham adalah melalui kinerja keuangan yang konsisten. “Kami paham tantangan ini sudah berlangsung cukup lama, dan kami berupaya memperbaiki fundamental secara menyeluruh,” ungkapnya.
Salah satu daya tarik utama UNVR tetap pada komitmennya membagikan 100% laba bersih sebagai dividen untuk tahun buku 2025.
“Investor dapat mengharapkan payout ratio 100% seperti tahun-tahun sebelumnya,” tambah Benjie.
Nafan Aji Gusta, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, menilai bahwa Unilever Indonesia merupakan salah satu emiten paling disiplin dalam pembagian dividen. Menurutnya, saat ini saham UNVR tengah berada dalam fase akumulasi, dan potensi perbaikan kinerja akan bergantung pada inovasi produk serta efisiensi operasional, termasuk digitalisasi distribusi.
“Inovasi menjadi kunci agar Unilever kembali merebut pasar. Distribusi digital juga harus dioptimalkan,” ujar Nafan.
Mirae Asset merekomendasikan akumulasi beli untuk saham UNVR dengan target harga Rp1.830. Sementara dari konsensus analis, mayoritas memberikan rekomendasi tahan, dengan estimasi tertinggi di Rp1.910 per saham.