Pendapatan Bea Masuk AS Tembus Rekor, Defisit Fiskal Menyusut Tajam

2 Min Read

Pendapatan Amerika Serikat dari bea masuk melonjak tajam pada Mei 2025, mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah. Lonjakan penerimaan ini turut membantu pemerintah memangkas defisit anggaran bulanan secara signifikan, meskipun keberlanjutan sumber pendapatan ini masih dibayangi negosiasi dagang dan tantangan hukum atas tarif yang diberlakukan.

Mengutip laporan anggaran bulanan dari Departemen Keuangan AS yang dirilis Kamis (12/6/2025), total penerimaan dari bea masuk mencapai US$23 miliar atau setara dengan Rp374,34 triliun (dengan asumsi kurs US$1 = Rp16.276). Angka tersebut melonjak US$17 miliar atau sekitar 270% secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan Mei tahun lalu.

- Advertisement -

Berkat tambahan pendapatan tersebut, defisit anggaran pada Mei menyusut menjadi US$316 miliar, turun sekitar 17% yoy. Namun, akumulasi defisit sepanjang delapan bulan pertama tahun fiskal 2025 tetap tinggi, yakni mencapai US$1,37 triliun.

Tak hanya dari sisi pendapatan, kondisi fiskal Amerika juga terbantu oleh penurunan biaya utang pemerintah. Penurunan ini didorong oleh lebih kecilnya pembayaran atas obligasi yang terikat inflasi dan menurunnya diskon pada surat utang jangka pendek.

Meski ada perbaikan jangka pendek, Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengingatkan bahwa negara masih menghadapi tekanan defisit yang besar. Dalam sebuah rapat panel di DPR, Bessent mengungkapkan bahwa defisit tahun ini diperkirakan berada di kisaran 6,5% hingga 6,7% dari produk domestik bruto (PDB)—angka yang sudah terjadi tiga tahun berturut-turut. Pemerintah menargetkan angka ini bisa ditekan hingga mendekati 3% PDB dalam waktu mendatang.

- Advertisement -

Kenaikan pendapatan dari tarif merupakan imbas dari kebijakan dagang Presiden Donald Trump. Namun, beberapa tarif terhadap produk dari Tiongkok mulai diturunkan sejak pertengahan Mei, setelah tercapai kesepakatan awal dalam perundingan dagang. Pekan ini, AS dan Tiongkok berhasil merumuskan kerangka kerja menuju perjanjian resmi, meskipun masih menunggu persetujuan dari Presiden Xi Jinping.

Sementara itu, dari sisi pengeluaran, beban fiskal AS masih meningkat akibat naiknya alokasi untuk program Social Security dan layanan kesehatan. Kedua sektor ini menjadi penyumbang utama lonjakan pengeluaran pemerintah dalam beberapa bulan terakhir.

Share This Article