Pendapatan Komisi BRIS Melesat, Bisnis Emas Jadi Andalan Baru Bank Syariah Indonesia

2 Min Read

PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) mencatatkan lonjakan signifikan pada pendapatan berbasis komisi atau fee based income (FBI), yang turut menopang pertumbuhan laba bersih kuartal I/2025. Pendorong utama datang dari lini bisnis emas, terutama produk cicil emas yang kini mencatat pembiayaan hingga Rp7,37 triliun—melonjak 168,64% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Pelaksana Tugas Direktur Utama BRIS, Bob T Ananta, menyampaikan bahwa secara keseluruhan FBI perusahaan tumbuh 39,3% menjadi Rp1,7 triliun. Komposisi FBI terhadap pendapatan naik dari 16,91% menjadi 20,35% per Maret 2025. Hal ini turut mendorong laba bersih BRIS tumbuh 10% yoy ke angka Rp1,88 triliun.

“Peningkatan laba turut didorong] fokus strategi pada pengembangan bisnis emas, terutama setelah penetapan BSI sebagai bank emas oleh Presiden Republik Indonesia pada 26 Februari 2025,” ungkap Bob dalam public expose kinerja kuartal I/2025, Selasa (30/4/2025).

Ia menjelaskan bahwa penguatan FBI juga ditopang pengembangan infrastruktur transaction banking, termasuk peluncuran Byond by BSI, penambahan mesin electronic data capture (EDC), dan perluasan layanan QRIS. Kanal digital ini ikut mendorong pertumbuhan nasabah emas, yang per Maret 2025 telah meningkat 28% menjadi sekitar 119.000 dengan total saldo emas mencapai 621 kilogram.

Dari sisi nilai, bisnis emas BRIS melonjak 81,99% yoy menjadi Rp14,33 triliun. Produk gadai emas mencatatkan pertumbuhan terbesar kedua dengan nilai Rp6,96 triliun atau naik 35,65% yoy. Secara total, kontribusi bisnis emas terhadap FBI mencapai 17,81%.

Selain emas, FBI BRIS juga ditopang pertumbuhan saluran elektronik (e-channel) dan layanan treasury. Direktur Finance & Strategy Ade Cahyo Nugroho menyebut total aset BRIS per Maret 2025 mencapai Rp401 triliun, naik 12% yoy. Dana pihak ketiga tumbuh 7,4% yoy menjadi Rp319 triliun, dengan dominasi 60,96% oleh dana murah (CASA).

Sementara itu, pembiayaan tumbuh 16,21% yoy menjadi Rp287,2 triliun. Segmen konsumer, emas, dan kartu menyumbang Rp156,71 triliun atau tumbuh 16,08%. Pembiayaan wholesale naik 17,28% ke Rp80,62 triliun, dan segmen ritel mencapai Rp49,87 triliun atau tumbuh 14,91%.

Kualitas pembiayaan BRIS tetap terjaga, dengan rasio non-performing financing (NPF) gross membaik ke level 1,88% dari periode sebelumnya.

Share This Article