Pendapatan Non Bunga Dongkrak Laba Bersih Bank-Bank Besar di Kuartal I-2025

4 Min Read

Kinerja positif laba bersih sejumlah bank besar di awal tahun ini tak lepas dari pertumbuhan pendapatan non bunga, khususnya dari sektor biaya dan komisi (fee based income).

Salah satu contohnya adalah PT Bank Central Asia Tbk (BCA), yang mencatatkan peningkatan signifikan berkat basis pengguna layanan digitalnya yang kini mencapai 33,4 juta nasabah. Melonjaknya aktivitas transaksi melalui mobile banking dan internet banking memberikan dorongan besar terhadap pendapatan komisi BCA.

EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn, menyatakan bahwa pertumbuhan transaksi digital berkontribusi besar terhadap pendapatan non bunga bank tersebut.

Pada kuartal I-2025, pendapatan non bunga BCA tercatat naik 8,1% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp 6,8 triliun, didorong oleh pendapatan fee dan komisi yang meningkat 8,3% YoY menjadi Rp 4,8 triliun.

Secara keseluruhan, frekuensi transaksi BCA melonjak 19% YoY menjadi 9,9 miliar transaksi. Khusus di kanal digital, transaksi mobile dan internet banking menyentuh angka 8,8 miliar, tumbuh 22,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Nilai transaksinya pun tercatat naik 14% YoY.

“Peningkatan ini merupakan hasil dari inovasi berkelanjutan pada produk dan layanan, serta ekspansi ekosistem transaksi baik secara online maupun offline,” ujar Hera kepada kontan.co.id.

Lebih lanjut, Hera mengungkapkan bahwa BCA optimistis pertumbuhan transaksi digital akan terus berlanjut, didukung kemudahan pembukaan rekening melalui mobile banking. BCA juga berkomitmen menghadirkan platform transaksi yang aman, andal, dan relevan untuk kebutuhan nasabah, guna mendorong pertumbuhan pendapatan non bunga hingga akhir tahun.

Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (BNI) mencatatkan pendapatan non bunga sebesar Rp 4,01 triliun pada kuartal pertama 2025, meningkat 2,6% YoY.

Pendapatan ini ditopang oleh fee based income dari segmen konsumer yang tumbuh 2,1% menjadi Rp1,75 triliun. Sumber utamanya berasal dari bisnis kartu dan bancassurance yang naik 0,9% menjadi Rp541 miliar, serta pendapatan dari ATM dan e-channel yang berkontribusi Rp 401 miliar atau naik 8,8%.

Pada segmen business banking, BNI membukukan pendapatan non bunga sebesar Rp2,1 triliun, naik 1% YoY. Pendapatan terbesar berasal dari komisi investasi saham, kustodi, dan layanan lainnya sebesar Rp842 miliar, melonjak 17,9%.

Selain itu, pendapatan dari aktivitas FX Trading, revaluasi, dan derivatif mencapai Rp235 miliar, serta dari surat berharga yang diperjualbelikan naik signifikan 90,4% menjadi Rp594 miliar.

Di sisi lain, PT Bank Tabungan Negara (BTN) juga menunjukkan kinerja positif. Hingga akhir Maret 2025, BTN membukukan pendapatan non bunga (non-interest income/FBI) sebesar Rp 1,04 triliun, tumbuh 3,3% YoY.

Pendapatan ini terutama ditopang aktivitas transaksi treasury yang menyumbang Rp400 miliar, serta pendapatan dari produk Dana Pihak Ketiga (DPK) dan jasa perbankan senilai Rp239 miliar.

BTN juga mempercepat penyelesaian aset bermasalah, yang mendorong recovery income naik menjadi 15,6% dari total FBI atau setara Rp 162 miliar.

Corporate Secretary BTN, Ramon Armando, menyampaikan bahwa ke depannya perseroan akan terus memperkuat porsi FBI melalui inisiatif digital seperti Bale by BTN dan ekosistem Bale 3S, termasuk peningkatan akuisisi merchant dan agen BTN untuk mendukung pertumbuhan CASA dan FBI.

Hingga Maret 2025, Bale by BTN mencatat lonjakan pengguna mencapai 2,4 juta orang, meningkat 76% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Nilai transaksi melalui Bale by BTN mencapai Rp22,3 triliun, tumbuh 74% YoY, sementara volume transaksi melesat 172% menjadi 492 juta transaksi.

BTN optimistis dapat mencapai target 3,6 juta hingga 4 juta pengguna Bale by BTN pada akhir 2025.

Share This Article