PT Pertamina Hulu Energi (PHE), anak usaha dari PT Pertamina (Persero), tengah menyiapkan penerbitan surat utang global dengan nilai maksimal mencapai US$3 miliar atau setara Rp49,49 triliun, berdasarkan kurs Jisdor Rp16.497 per dolar AS. Rencana ini tertuang dalam prospektus yang disampaikan kepada Singapore Exchange (SGX).
PHE akan meluncurkan program Global Medium Term Notes (GMTN) dengan skema penerbitan bertahap. Meski demikian, surat utang ini tidak akan ditawarkan kepada investor dari Indonesia.
Untuk memfasilitasi penerbitan ini, PHE telah menunjuk sejumlah institusi keuangan global ternama sebagai arranger dan dealers, antara lain Citigroup Global Markets Singapore Pte. Ltd., Deutsche Bank AG Singapore Branch, HSBC Singapore Branch, Mandiri Securities Pte. Ltd., dan MUFG Securities Asia Limited Singapore Branch.
“Hasil bersih dari penerbitan tiap Tranche obligasi akan digunakan untuk membiayai belanja modal dan kebutuhan umum perusahaan, sesuai rincian dalam Pricing Supplement masing-masing,” tulis manajemen PHE dalam prospektus yang dikutip Jumat (9/5/2025).
Fundamental Keuangan dan Target 2025
Per akhir 2024, Pertamina Hulu Energi membukukan total aset sebesar US$30,43 miliar. Total liabilitasnya tercatat US$15,32 miliar, sedangkan ekuitas perusahaan mencapai US$15,1 miliar.
Selama tiga tahun terakhir, EBITDA PHE tercatat menurun: dari US$10,42 miliar pada 2022 menjadi US$8,73 miliar di 2023, dan kembali turun ke US$7,6 miliar pada 2024. Penurunan EBITDA tersebut sejalan dengan pendapatan yang juga terkoreksi, dari US$16,18 miliar (2022), US$14,56 miliar (2023), hingga US$14,33 miliar (2024).
Meski demikian, manajemen PHE tetap optimistis. Direktur Utama PHE, Chalid Said Salim, mengungkapkan pihaknya menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 7,19% pada tahun buku 2025 menjadi US$13,71 miliar, dari realisasi US$12,79 miliar di 2024.
Dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI pada 12 Maret 2025, Chalid memproyeksikan harga rata-rata (WAP) minyak mentah pada 2025 akan berada di kisaran US$84,16 per barel. Adapun WAP gas diperkirakan menurun sebesar 9,8% menjadi US$6,75 per MSCF.
Dari sisi operasional, PHE menargetkan kenaikan produksi minyak sebesar 4% menjadi 416 ribu barel per hari (MBOPD), dan gas naik 3% menjadi 2.536 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd).