PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) bersiap memetik pendapatan baru dari proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit 2 yang berlokasi di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Unit pembangkit ini ditargetkan mulai beroperasi komersial penuh atau commercial operation date (COD) pada akhir Juni 2025.
Proyek ini menandai tonggak penting bagi PGEO setelah berhasil melakukan sinkronisasi perdana PLTP Lumut Balai Unit 2, yang kini beroperasi pada kapasitas awal sebesar 10% dari total daya terpasang sebesar 55 megawatt (MW).
Sinkronisasi perdana ini merupakan kali pertama listrik dari unit pembangkit disalurkan ke jaringan milik PLN. Hal ini menjadi langkah krusial menuju tahapan operasi komersial penuh, yang memungkinkan PGEO mulai mencatat pendapatan dari penjualan listrik ke PLN dan meningkatkan kontribusi proyek terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Direktur Operasional PGEO, Ahmad Yani, menegaskan bahwa pencapaian ini merupakan bukti efektivitas pengelolaan proyek yang sejalan dengan strategi dekarbonisasi perusahaan.
“Kami berkomitmen menyelesaikan tahap COD sesuai jadwal serta memberikan kontribusi nyata terhadap bauran energi bersih nasional,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (17/6/2025).
Unit 2 PLTP Lumut Balai akan menambah kapasitas panas bumi di wilayah tersebut sebesar 55 MW, sehingga total kapasitas Lumut Balai menjadi 110 MW. Unit ini diperkirakan mampu memproduksi hingga 481 gigawatt hour (GWh) listrik per tahun.
Produksi tersebut dapat memenuhi kebutuhan listrik harian lebih dari 252.000 rumah tangga, mendukung sekitar 396 perjalanan kereta cepat Jakarta-Bandung (Whoosh), mengisi penuh sekitar 23.700 unit mobil listrik, atau mengoperasikan sekitar 2 hingga 5 pusat data hyperscale.
Menurut Yani, tambahan kapasitas ini berpotensi mengurangi emisi karbon hingga 280.000 ton CO2 per tahun. Hal ini turut memperkuat langkah Indonesia menuju target bauran energi terbarukan sebesar 23% pada 2025 dan komitmen Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
Sementara itu, Manajer Proyek PLTP Lumut Balai Unit 2, Achmad Sri Fadli, menjelaskan bahwa sinkronisasi perdana berhasil dilakukan setelah melewati serangkaian pengujian teknis menyeluruh.
“Proses sinkronisasi bukan sekadar menyambungkan listrik ke jaringan PLN. Ini mencakup uji sistem secara ketat untuk menjamin pembangkit beroperasi aman, efisien, dan sesuai regulasi,” jelas Fadli.
Menuju 1 GW Kapasitas Terpasang
Saat ini, PGEO mengelola kapasitas terpasang sebesar 672,5 MW dari enam wilayah operasional. Perusahaan menargetkan peningkatan kapasitas menjadi 1 gigawatt (GW) dalam dua tahun ke depan, dan menembus 1,7 GW pada 2034.
Selain proyek Lumut Balai Unit 2, PGEO juga tengah mengembangkan beberapa proyek strategis lainnya, seperti PLTP Hululais Unit 1 & 2 (110 MW), serta sejumlah proyek cogeneration dengan kapasitas gabungan mencapai 230 MW.
Secara keseluruhan, PGEO telah mengidentifikasi potensi sumber daya panas bumi sebesar 3 GW dari 10 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang dikelola secara mandiri. Ini menegaskan posisi PGEO sebagai pendorong ketahanan dan keberlanjutan energi nasional.
“Kami berharap PLTP Lumut Balai Unit 2 segera beroperasi penuh secara komersial dan menjadi katalis penting menuju transisi energi hijau di Indonesia,” tutup Fadli.