PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) baru saja mengumumkan temuan cadangan minyak baru sebesar 20 juta barel di Blok Bentu Production Sharing Contract (PSC). Penemuan ini menjadi katalis kuat yang mendorong penguatan harga saham ENRG sekaligus mendapatkan rekomendasi positif dari sejumlah analis broker.
Blok Bentu saat ini diketahui memiliki cadangan gas mencapai 375,6 miliar kaki kubik dengan target produksi 93 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd), yang mewakili sekitar 5% dari total produksi Energi Mega Persada.
“Temuan minyak baru diperkirakan akan menambah produksi harian sebesar 1.500 hingga 2.500 barel per hari (bph), yang bisa menopang produksi ENRG sekitar 5%,” tulis riset Sucor Sekuritas, dikutip Sabtu (17/5/2025).
Sucor Sekuritas memproyeksikan produksi ENRG akan tumbuh 12% di 2025 menjadi 46,8 ribu barel minyak ekuivalen per hari (mboed), dan meningkat 10% lagi menjadi 51,7 mboed pada 2026. Pertumbuhan ini didukung oleh kenaikan produksi dari Blok Malacca dan Sengkang. Bersamaan dengan itu, laju pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) laba bersih ENRG diperkirakan mencapai 23% selama dua tahun ke depan.
Riset Sucor juga mencatat, ENRG mencatatkan pertumbuhan rata-rata produksi sebesar 15% per tahun selama empat tahun terakhir, menunjukkan kapabilitas kuat perusahaan dalam mengeksekusi bisnis migas.
Saham Undervalued dan Prospek Re-Rating
Menurut Sucor Sekuritas, saham ENRG saat ini tergolong undervalued karena diperdagangkan dengan rasio price to earnings (PER) 2025-2026 di kisaran 3,7 hingga 2,7 kali serta EV/EBITDA yang sama. Dengan tren pertumbuhan laba bersih sebesar 25% per tahun dalam tiga tahun terakhir, saham ENRG berpotensi mengalami re-rating signifikan.
Selain itu, neraca keuangan ENRG tergolong sehat, dengan net gearing rendah di level 0,5 kali, sehingga mendukung rencana perusahaan untuk mengakuisisi blok migas baru tahun ini.
Dampak Kesepakatan AS-China pada Sektor Energi dan Industri
Analis Edvisor Profina Visindo, Indy Naila, menilai bahwa kesepakatan antara Amerika Serikat dan China juga menjadi katalis positif bagi emiten sektor energi. “Stabilitas harga komoditas serta terbukanya kembali peluang ekspor migas AS ke China akan meningkatkan profitabilitas perusahaan seperti PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS),” ungkap Indy.
Indy merekomendasikan buy untuk MEDC dengan target harga Rp 1.280 per saham dan PGAS di harga Rp 1.735 per saham.
Lebih jauh, ia menambahkan, sektor logam dan manufaktur juga berpeluang tumbuh positif. Permintaan logam dari China yang masih tinggi diperkirakan akan mendukung industri kendaraan listrik (EV) sekaligus menjaga tren kenaikan harga nikel, bauksit, dan timah.