Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan bergerak terbatas dengan kecenderungan pelemahan pada perdagangan hari ini, Rabu (14/5/2025), menyusul tren negatif yang tercatat sehari sebelumnya.
Pada perdagangan Selasa (13/5/2025) pukul 09.15 WIB, data Bloomberg menunjukkan kurs non-deliverable forward (NDF) rupiah berada di level Rp16.660 per dolar AS, melemah 0,34% atau turun 56,5 poin. Di sisi lain, mayoritas mata uang Asia justru mencatatkan penguatan.
Yen Jepang menguat 0,4%, dolar Hong Kong naik 0,03%, dolar Singapura menguat 0,19%, dan dolar Taiwan naik 0,14%. Selain itu, won Korea Selatan menguat signifikan sebesar 0,8%, yuan China naik 0,25%, rupee India 0,39%, dan baht Thailand naik tipis 0,04%.
Pada pekan lalu, nilai tukar rupiah mengakhiri perdagangan dengan pelemahan sebesar 0,11% atau 18 poin ke level Rp16.520 per dolar AS.
Senior Chief Economist Samuel Sekuritas Indonesia, Fithra Faisal Hastiadi, memproyeksikan rupiah akan bergerak terbatas pada pekan ini dengan batas pelemahan di sekitar Rp16.564. “Selama rupiah tidak menembus ke atas Rp16.650, maka masih terbuka peluang penguatan menuju Rp16.135 dengan support sebelumnya di Rp16.250,” jelas Fithra dalam riset yang dirilis Rabu (14/5/2025).
Namun, ia menyoroti bahwa narasi ekonomi domestik saat ini menunjukkan pondasi yang rapuh. Beberapa indikator makro mengindikasikan tekanan, di antaranya pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal I/2025 yang melambat menjadi 4,87% year-on-year (YoY), di bawah ekspektasi pasar. Perlambatan tersebut terjadi di tengah lemahnya penyerapan fiskal, penurunan investasi, dan stagnasi sektor manufaktur.
Indeks PMI Manufaktur April 2025 anjlok ke 46,7, menandakan penurunan aktivitas industri lebih lanjut. Sementara itu, meski indeks kepercayaan konsumen tercatat meningkat secara moderat, ekspektasi terhadap kondisi ekonomi ke depan tetap rendah.
Di sisi lain, cadangan devisa nasional mengalami penurunan sebesar US$4,6 miliar. Hal ini terjadi seiring intensitas intervensi Bank Indonesia di pasar valuta asing guna menstabilkan nilai tukar, yang sekaligus mencerminkan tingginya kerentanan ekonomi Indonesia terhadap tekanan eksternal global.