Rupiah Berpeluang Menguat ke Rp16.470, Simak Sentimen yang Menggerakkan Hari Ini!

2 Min Read

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat diperkirakan bergerak fluktuatif dengan kecenderungan menguat pada perdagangan hari ini, Jumat (16/5/2025). Hal ini ditopang oleh pelemahan dolar AS serta sejumlah sentimen eksternal dan domestik.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 0,2% atau 33 poin ke level Rp16.528,5 per dolar AS pada Kamis (15/5/2025). Seiring itu, indeks dolar AS turut melemah 0,21% ke posisi 100,82. Tren penguatan juga tercermin pada beberapa mata uang Asia lainnya, seperti yen Jepang yang naik 0,59%, dolar Singapura 0,31%, dan dolar Taiwan 0,3%. Sementara itu, won Korea Selatan menguat 0,27%, peso Filipina 0,24%, dan baht Thailand 0,2%.

- Advertisement -

Head of Research Team Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, menjelaskan bahwa pelemahan dolar AS terjadi setelah selama tiga hari sebelumnya bertahan di atas level 101. “Indeks dolar kini berada di kisaran 100,8, mencerminkan sedikit tekanan setelah rilis data ekonomi terbaru,” jelas Rully.

Di sisi lain, pasar obligasi AS mencatat penurunan imbal hasil (yield) surat utang pemerintah. UST tenor 10 tahun turun ke 4,43%, sementara tenor 2 tahun merosot ke level 3,95%. Penurunan ini dipicu oleh data inflasi produsen (PPI final demand) pada April 2025 yang tercatat 2,4% secara tahunan, lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 2,5%.

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun berpotensi ditutup menguat dalam kisaran Rp16.470—Rp16.530 per dolar AS. Ia menyebutkan beberapa sentimen eksternal yang turut memengaruhi arah pergerakan rupiah.

- Advertisement -

“Optimisme pasar meningkat setelah AS dan China sepakat untuk memangkas tarif perdagangan secara signifikan dalam kurun waktu 90 hari ke depan. Pelaku pasar kini menanti langkah lanjutan dalam perundingan dagang kedua negara tersebut,” ungkap Ibrahim dalam keterangannya, Kamis (15/5/2025).

Selain itu, fokus investor juga tertuju pada sejumlah data ekonomi AS yang akan dirilis dalam waktu dekat, serta pidato dari Ketua The Fed, Jerome Powell, yang dinilai dapat memberikan sinyal baru terkait arah kebijakan moneter bank sentral AS.

Share This Article