Rupiah Menguat Jelang Keputusan BI Rate, Pasar Tunggu Arah Suku Bunga Acuan

3 Min Read

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan bergerak fluktuatif namun cenderung menguat menjelang pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) hari ini, Rabu (21/5/2025), terkait suku bunga acuan.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah berhasil ditutup menguat 0,12% atau 20,5 poin ke level Rp16.413 per dolar AS pada perdagangan Selasa (20/5). Di saat yang sama, indeks dolar AS melemah 0,33% ke posisi 100,09.

- Advertisement -

Mata Uang Asia Cenderung Menguat

Selain rupiah, sejumlah mata uang Asia lainnya turut mencatatkan penguatan:

  • Yen Jepang naik 0,41%
  • Peso Filipina naik 0,14%
  • Ringgit Malaysia naik 0,15%
  • Baht Thailand naik 0,13%

Sementara itu, beberapa mata uang Asia lain justru melemah:

  • Dolar Hong Kong turun 0,09%
  • Dolar Singapura turun 0,01%
  • Dolar Taiwan turun 0,02%
  • Won Korea Selatan turun 0,29%

Pasar Nantikan Keputusan BI, Ada Potensi Pemangkasan Suku Bunga

Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah akan bergerak di rentang Rp16.350–Rp16.420 per dolar AS, dengan kecenderungan ditutup menguat. Menurutnya, sentimen utama hari ini berasal dari keputusan BI Rate yang akan diumumkan usai RDG.

- Advertisement -

Rapat Dewan Gubernur BI pada 20–21 Mei 2025 diperkirakan akan menjadi momentum penting untuk menentukan apakah suku bunga acuan BI akan tetap di level 5,75% atau mulai diturunkan.

Andry Asmoro, Chief Economist Bank Mandiri, menyatakan bahwa BI masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga. Ia memperkirakan bahwa pemangkasan sebesar 25 basis poin menjadi 5,5% bisa terjadi dalam pertemuan kali ini.

“Minggu ini mudah-mudahan Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan 25 basis poin ke 5,5%,” ujarnya dalam paparan media virtual.

Menurut Andry, pelemahan tekanan terhadap rupiah serta inflasi yang masih dalam kisaran target BI mendukung langkah pelonggaran moneter tersebut. Situasi saat ini dinilai lebih stabil dibanding April 2025, ketika gejolak pasar meningkat pasca pengumuman tarif timbal balik oleh Presiden AS Donald Trump.

Penguatan Rupiah Jadi Celah Pelonggaran

Ekonom Barclays Plc Brian Tan menyebut bahwa penguatan rupiah sebesar 2,7% sejak 9 April 2025 memberikan celah bagi BI untuk memangkas suku bunga secara oportunistik. Namun, ia juga mengingatkan bahwa risiko pasar tetap tinggi.

Sementara itu, ekonom Citigroup Inc. Helmi Arman menyoroti bahwa BI tetap memperhitungkan potensi tekanan jangka pendek terhadap nilai tukar, khususnya karena arus keluar modal terkait pembayaran dividen dan utang jatuh tempo di kuartal II/2025.

“Ketidakpastian mengenai pemangkasan suku bunga The Fed (Fed Rate) bisa memperberat langkah pelonggaran moneter BI,” kata Helmi.

Dengan semua faktor ini, pasar keuangan akan mencermati hasil RDG BI hari ini sebagai penentu arah kebijakan moneter dan pergerakan rupiah dalam waktu dekat.

Share This Article