Saham Agung Podomoro Land (APLN) Melonjak, Prospek 2025 Jadi Sorotan

5 Min Read

Saham PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN) menguat sebesar 6,98% dan ditutup pada harga Rp92 per saham pada perdagangan hari Senin (21/4). Meskipun masih mengalami penurunan sebesar 4,17% sejak awal tahun (year to date/YtD), saham APLN tetap menarik untuk dicermati, terutama jika mempertimbangkan kinerja keuangan serta proyeksi tahun 2025.

Berdasarkan laporan keuangan terbaru, APLN mencatatkan total pendapatan dan penjualan sebesar Rp5,57 triliun sepanjang tahun 2024, mencatatkan pertumbuhan sebesar 19,25% dibandingkan tahun sebelumnya (YoY).

Pendapatan ini berasal dari berbagai segmen properti seperti hotel, hunian, apartemen, ruko, perkantoran, lahan, kios, dan gerai dengan nilai penjualan Rp4,04 triliun. Sementara sisanya, sebesar Rp1,52 triliun, berasal dari pendapatan berulang seperti sewa dan operasional hotel, naik dari Rp1,47 triliun di 2023.

Selama dua tahun terakhir, APLN melepas dua aset utamanya, yaitu Hotel Pullman Vimala senilai Rp1,68 triliun di 2024 dan Neo Soho sebesar Rp1,30 triliun pada 2023. Direktur Utama APLN, Bacelius Ruru, menuturkan bahwa strategi perusahaan adalah menciptakan nilai tambah atas properti yang dibangun. Apabila nilai aset meningkat signifikan, perusahaan tidak ragu untuk menjualnya demi mendanai proyek baru.

“Sejak 2017, kami telah menjual beberapa aset, termasuk pusat perbelanjaan, hotel, dan tanah,” jelasnya dalam wawancara terbatas, Rabu (19/2/2025).

Sepanjang periode 2017 hingga 2024, APLN telah menjual tujuh aset senilai total Rp14 triliun. Dana dari penjualan ini digunakan untuk pendanaan proyek dan pelunasan utang.

Seiring dengan naiknya pendapatan, beban pokok penjualan dan beban langsung APLN meningkat menjadi Rp3,13 triliun dari Rp2,70 triliun pada 2023. Akibatnya, laba kotor perusahaan tahun 2024 bertumbuh 24,21% YoY menjadi Rp2,44 triliun dari sebelumnya Rp1,96 triliun.

Namun, setelah dikurangi berbagai beban seperti penjualan, umum, dan pajak, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham utama tercatat sebesar Rp633,86 miliar, turun 41,45% dibandingkan Rp1,08 triliun pada tahun sebelumnya.

Penurunan ini disebabkan oleh tidak adanya keuntungan non-tunai seperti pada 2023 lalu, yang berasal dari tender offer obligasi dolar AS. Obligasi tersebut telah lunas pada 3 Juni 2024, membuat APLN kini bebas dari utang dalam mata uang asing dan risiko fluktuasi kurs.

Total aset APLN tercatat Rp26,11 triliun pada akhir 2024, turun 7,79% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp28,32 triliun. Hal ini seiring dengan penurunan kewajiban menjadi Rp12,33 triliun dari Rp14,87 triliun.

Di sisi lain, ekuitas perusahaan naik menjadi Rp13,78 triliun dari Rp13,45 triliun pada akhir 2023. Posisi kas dan setara kas juga meningkat signifikan 28,04% menjadi Rp983,78 miliar.

Rencana dan Target APLN di Tahun 2025

Berdasarkan paparan publik terbaru, APLN memasang target konservatif untuk 2025. Perusahaan membidik penjualan pemasaran (marketing sales) sebesar Rp1,7 triliun, lebih rendah dibandingkan capaian tahun sebelumnya sebesar Rp1,9 triliun. Padahal, target awal 2024 hanya Rp1,2 triliun dan berhasil terlampaui 60%.

Untuk mendukung penjualan, APLN mengandalkan skema pembiayaan KPR yang lebih terjangkau bagi konsumen. Sejalan dengan hal tersebut, target penjualan dan pendapatan usaha tahun 2025 dipatok di angka Rp4 triliun. Jika tidak memperhitungkan penjualan Hotel Pullman, target ini tetap mencerminkan pertumbuhan yang sehat.

Saat ini, APLN tengah mengembangkan proyek perumahan di berbagai wilayah, termasuk Bandung, Medan, Jakarta, Karawang, Cimanggis, dan Batam. Perusahaan juga memiliki sejumlah mal dengan tingkat okupansi antara 57% hingga 93% pada akhir 2024, serta hotel-hotel dengan tingkat hunian antara 66% sampai 96%, tersebar di Jakarta, Bali, dan Bandung.

APLN juga menargetkan marjin laba kotor sebesar 40% di tahun 2025. Meski lebih rendah dibandingkan 2024 dan 2023 yang masing-masing berada di level 43,8% dan 42,1%, target ini tetap kompetitif di tengah kondisi pasar properti yang dinamis.

Insentif Pemerintah Jadi Angin Segar

Sektor properti mendapat dorongan positif dengan diperpanjangnya insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk pembelian rumah tapak dan unit apartemen. Insentif ini diatur melalui PMK No. 13 Tahun 2025 yang mulai berlaku pada 4 Februari 2025.

Menurut Dwi Astuti, Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Humas DJP Kementerian Keuangan, sektor properti memiliki efek berganda yang besar terhadap perekonomian.

“Dengan adanya insentif PPN, diharapkan daya beli masyarakat tetap terjaga dan sektor ekonomi lain juga ikut terdorong,” ujarnya dalam siaran pers, Sabtu (22/2/2025).

Melalui regulasi ini, rumah tapak atau unit apartemen yang diserahkan antara 1 Januari hingga 30 Juni 2025 akan mendapat insentif PPN DTP sebesar 100% dari PPN terutang untuk harga jual sampai Rp2 miliar, dengan batas harga maksimal Rp5 miliar. Sementara itu, penyerahan mulai 1 Juli hingga 31 Desember 2025 akan mendapatkan insentif PPN DTP sebesar 50% untuk harga jual yang sama.

Share This Article