Saham ASII Didorong Dividen, Tapi Tertahan Lesunya Penjualan Mobil

5 Min Read

PT Astra International Tbk. (ASII) masih menyimpan potensi pertumbuhan berkat kebijakan pembagian dividen tahun buku 2024. Namun, tekanan terhadap kinerja segmen otomotif pada awal 2025 membayangi laju saham emiten konglomerasi ini.

Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada 8 Mei 2025, Astra resmi menetapkan pembagian dividen senilai total Rp16,43 triliun atau setara Rp406 per lembar saham. Jumlah tersebut mencakup dividen interim Rp98 per saham yang telah dibagikan pada Oktober 2024 lalu, sehingga dividen final yang akan diterima pemegang saham pada tahun ini sebesar Rp308 per lembar.

- Advertisement -

Pembayaran dividen dijadwalkan pada 5 Juni 2025, dengan cum dividend pasar reguler dan negosiasi jatuh pada 20 Mei 2025. Perusahaan membukukan laba bersih Rp34,05 triliun sepanjang 2024, menjadikan rasio pembagian dividen mencapai 48%.

Meski ada dorongan dari dividen, harga saham ASII belum menunjukkan penguatan signifikan. Per 15 Mei 2025, saham ASII hanya naik tipis 0,21% ke posisi Rp4.820. Sejak awal tahun, saham ASII melemah 1,63% secara year-to-date.

Analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengungkapkan bahwa pembagian dividen menjadi sentimen positif yang dinanti pasar, namun tekanan dari kinerja kuartal I/2025 menjadi penahan.

- Advertisement -

“Profit taking wajar terjadi, apalagi dengan performa keuangan yang menurun,” ujar Nafan.

Astra mencatatkan penurunan laba bersih 7,12% yoy menjadi Rp6,93 triliun pada kuartal I/2025, dibandingkan Rp7,46 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Penjualan mobil pun belum pulih sepenuhnya. Pada April 2025, Astra menjual 26.976 unit, naik tipis 0,25% secara tahunan, namun anjlok 28,51% dibanding Maret 2025.

Total penjualan mobil Astra sejak Januari hingga April 2025 tercatat sebanyak 137.788 unit, atau turun hampir 6% dibanding periode yang sama 2024. Tingginya suku bunga disebut sebagai salah satu penyebab melambatnya penjualan kendaraan.

“Jika Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan, maka permintaan kendaraan bisa meningkat, dan kinerja fundamental ASII berpeluang membaik,” jelas Nafan.

Sementara itu, analis Maybank Sekuritas, Paulina Margareta, menyoroti bahwa daya tarik utama saham ASII saat ini terletak pada valuasinya yang relatif murah dan dividen yang menarik. Namun, lesunya kinerja sektor otomotif dan potensi penurunan pangsa pasar bisa menahan laju harga saham.

Pandangan serupa disampaikan oleh Novi Vianita dari Panin Sekuritas. Menurutnya, meskipun sektor otomotif melambat, segmen alat berat, pertambangan, serta konstruksi dan energi masih menjadi penopang pertumbuhan.

“Perlu dicermati bahwa otomotif masih menyumbang hampir 40% dari pendapatan ASII,” katanya.

Di sisi analis global, Bloomberg menunjukkan bahwa mayoritas analis, sebanyak 74,2%, memberikan rekomendasi beli (BUY) untuk saham ASII, dengan target harga rata-rata Rp5.681,96. Ini menunjukkan potensi kenaikan hingga 18,9% dari harga saat ini.

Chief of Corporate Affairs Astra, Boy Kelana Soebroto, mengakui bahwa penurunan penjualan kendaraan di April 2025 dipengaruhi oleh libur Lebaran. Namun, Astra masih memimpin pangsa pasar mobil nasional dengan dominasi 54%.

Perusahaan juga terus mengembangkan lini kendaraan ramah lingkungan, terutama mobil hybrid. Direktur ASII, Henry Tanoto, menyebut bahwa penetrasi kendaraan listrik di Indonesia masih terkonsentrasi di kota-kota besar, sehingga pengembangan mobil hybrid menjadi strategi utama.

Hingga kini, Astra telah meluncurkan 15 model hybrid dan menguasai 60% pangsa pasar segmen tersebut. Perusahaan juga bersiap menghadirkan kendaraan listrik berbasis baterai (BEV) tahun ini, serta model hybrid untuk pasar massal.

Selain otomotif, ASII juga agresif berekspansi ke sektor lain. Tahun ini, perusahaan mengalokasikan belanja modal sebesar Rp28 triliun, dengan Rp4,5 triliun di antaranya sudah direalisasikan hingga Maret 2025. Fokus investasi tersebar ke berbagai sektor, seperti keuangan, alat berat, infrastruktur, properti, dan agribisnis.

Presiden Direktur ASII, Djony Bunarto Tjondro, mengatakan perusahaan turut menjajaki sektor baru yang menjanjikan pertumbuhan jangka panjang, termasuk kesehatan. Pada Februari 2025, Astra menambah kepemilikan di platform kesehatan Halodoc menjadi 31,34%, senilai sekitar Rp900 miliar. Total investasi Astra di sektor kesehatan kini mencapai Rp5,2 triliun.

Dengan portofolio yang semakin terdiversifikasi dan strategi bisnis adaptif, ASII berharap dapat menjaga daya saing dan kinerja jangka panjang meskipun menghadapi tekanan dari sektor otomotif.

Share This Article