Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tertekan cukup dalam pada perdagangan Senin, 2 Juni 2025. Emiten perbankan terbesar di Indonesia ini melemah 3,19% dan ditutup di level Rp9.100 per saham.
Penurunan ini terjadi di tengah tekanan jual masif. Tercatat sebanyak 264,43 juta saham BBCA berpindah tangan dengan frekuensi transaksi mencapai 61.476 kali, dan nilai transaksi menyentuh Rp2,4 triliun.
Investor asing mencatatkan net sell jumbo sebesar Rp1,07 triliun—tertinggi dibanding saham lainnya di hari yang sama.
IHSG Ikut Terkoreksi, Trump dan Covid Jadi Biang Kerok
Sejalan dengan koreksi saham BBCA, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga melemah 1,54% ke posisi 7.065. Sebanyak 453 saham berakhir di zona merah.
Phintraco Sekuritas menjelaskan bahwa pelemahan IHSG turut dipicu koreksi mayoritas bursa Asia, imbas dari sentimen eksternal yang memanas. Salah satu pemicunya adalah rencana mantan Presiden AS Donald Trump yang bakal menggandakan tarif impor baja dan aluminium dari 25% menjadi 50%, mulai 4 Juni 2025.
Dari Dalam Negeri: Surplus Dagang Anjlok, Inflasi Menurun
Dari sisi domestik, Phintraco mencatat surplus neraca perdagangan April 2025 anjlok ke US$0,15 miliar, dari US$4,33 miliar di Maret. Penurunan ini disebabkan kenaikan impor yang lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekspor.
Sementara itu, inflasi Mei 2025 turun menjadi 1,6% year-on-year dari 1,95% pada April, seiring terjadinya deflasi bulanan sebesar 0,37% dibandingkan inflasi 1,17% month-on-month sebelumnya.
Pilarmas Investindo Sekuritas menambahkan, kekhawatiran pasar meningkat setelah Kementerian Kesehatan menerbitkan surat edaran untuk mewaspadai lonjakan kasus Covid-19 di kawasan Asia.